28.10.10

:(

I really miss my BF. How are you there? :(

DR

3.10.10

Indah?

Jangan panggil diriku melankolis, meski jemari ini tak ingin berhenti menulis. Tak perlu rangkaian kata-kata manis yang terurai, karena takkan ada sedikit pun yang akan keluar. Satu kata cukup menerangkan seluruh isi hatiku yang redup, hanya bertemankan cahaya temaram membuatku tak tentu arah. Galau.

Galau itu datang saat hati ini ingin menepisnya.
Galau itu datang justru saat aku ingin meninggalkannya.
Galau itu selalu ada ketika kamu berusaha untuk menolaknya.

Perjumpaan yang tiba-tiba seolah berputar kembali dalam benakku. Meski aku yakini, tak ada sesuatu hal pun yang tiba-tiba di dunia ini. Tidak. Semua itu sudah tertulis dalam catatan-Nya. Kita hanya tinggal menunggu kapan lembaran berikutnya akan dibuka, hingga ia habis pada akhir halamannya dan tak ada sebuah catatan pun yang terlewat.

Pertemuan itu.. Tak ada sedikit pun terbersit pikiran akan ada sesuatu yang berbeda antara aku juga kamu. Aku punya kehidupanku, kau punya kehidupanmu. Kita sama-sama berjalan pada kecepatan yang sama pada jalur yang berbeda. Perjumpaan itulah yang membuat segalanya menjadi berbeda. Saat keduanya bercabang, berbelok, dan bersinggungan, entah mengapa semua terasa begitu.. berbeda.

Yang aku tahu hanya perasaan ini terasa begitu indah. Perlahan-lahan jalan itu terbuka di hadapanku, ada secercah sinar di ujung sana yang ingin kuraih saat kutahu kini ada dirimu di jalurku.

Tapi..

Aku takut. Tahukah kamu, dan apakah pernah kamu menyadari tentang hal ini. Diri kita yang kini bangga-banggakan akan kegagahannya dulu diawali oleh setitik air yang hina. Bahkan kemegahan istana berlapis emas pun semua diawali oleh serpihan debu dan pasir kusam yang teronggok di hamparan tanah. Bahkan takkan pernah ada keindahan sebelum adanya perjuangan pada mulanya.

Tapi..
Ada satu yang kutakutkan..

apakah sesuatu yang berawal indah akan berakhir dengan luka?
Aku tak tahu. Pikirku tak lagi logis untuk menjawab semua pertanyaan tentang cinta.
Pejamkanlah matamu sejenak, mungkin kau akan tahu apa jawabnya..

DR

3.9.10

Take A Look Around..

aku cuma bisa senyum kecut
memerhatikan mereka membungkuk dan memungut
sepanjang perjalanan hidupnya kepalanya terus menunduk
mencoba percaya kalau di bawah sana ada rezeki
jangan salah
sesekali ia pun mendongak
berharap ada tangan yang terjulur padanya
sementara di hadapannya berdiri gagah
istana para pembesar negeri
yang hidupnya selalu membusung dada
sementara di bawah kakinya ada wajah menderita

DR

1.9.10

Gerbong Khusus Wanita: No Men, Please


Fenomena kereta api khusus wanita sedikit banyak mengundang perhatian dari saya. Saya, sebagai pengguna kereta api untuk pulang-pergi rumah-kampus seminggu sekali ini, awalnya merasa tidak begitu peduli dengan kemunculan kereta ini.

Sampai suatu ketika pas ibu saya nengok ke kosan, beliau cerita bahwa beliau naik kereta (bisa lebih disebut gerbong) khusus wanita. Beliau bilang bahwa adanya kereta tersebut membuat beliau tidak khawatir lagi kalau harus berpergian atau berdesakan saat jam sibuk. Meskipun berdesakan, mereka semua wanita yang membuat beliau merasa lebih nyaman.

Ada satu cerita lucu di sini. Ibu saya yang bercerita. Ada sepasang suami istri yang sudah cukup tua yang sepertinya tidak tahu dengan adanya gerbong khusus wanita ini. Mereka pun naik di gerbong 1 dan duduk di sana berdampingan. Sampai ketika ada seorang sekuriti yang menghampiri bapak tersebut dan menyuruhnya untuk pindah gerbong. Sang bapak kelihatannya sangat tidak rela berpisah dengan sang istri. Kemudian ia berkata, "Baik saya akan pindah gerbong bersama istri saya," katanya sambil menggadeng sang istri seakan tidak mau lepas. Lucu juga melihat sepasang kakek-nenek yang masih saja mesra hingga kini :D

Nah, ceritanya kemarin kebetulan saya pulang ke rumah. Karena saya biasa naik ekonomi AC sedangkan kereta AC berikutnya masih jam setengah tujuh, akhirnya saya memilih naik pakuan yang jam 6 sore. Ibu saya di telepon terdengar cukup was-was saya mau pulang sendiri pada waktu prime time seperti itu. Padahal saya sendiri sebenarnya sudah terbiasa. Akhirnya beliau menyuruh saya untuk naik di gerbong yang khusus wanita dan beliau akhirnya lumayan bisa bernafas lega. Saat memasuki gerbong tersebut, saya mulai merasakan atmosfer yang berbeda. Memang benar, gerbong yang dikhususkan wanita ini terlihat lebih tertib dan lebih nyaman berada di dalamnya. Namun, masih saja ada beberapa pria yang suka "tersasar" masuk ke dalam gerbong khusus tersebut sehingga lagi-lagi harus diperingatkan oleh sekuriti. Tetapi secara keseluruhan, saya menjadi lebih nyaman apabila bila harus berpergian pulang-pergi, apalagi kalau harus terpaksa pulang malam.

Mengapa baru hanya ada di Ekonomi AC dan Pakuan?

Karena jujur, sebenarnya saya sangat mengharapkan gerbong khusus itupun diterapkan pada kereta Ekonomi. Apalagi kalau saya ketinggalan kereta, mau tidak mau harus menggunakan kereta Ekonomi, karena kereta AC dan Pakuan tidak lewat setiap saat. Sedangkan saya masih sedikit merasa was-was jika harus naik Ekonomi biasa terutama pada waktu prime time.

Analisis sementara yang bisa saya simpulkan sih.. Mungkin karena terlalu banyaknya peminat dari kereta ini yang masih sulit untuk diorganisir. Untuk kereta AC dan Pakuan saja masih banyak yang sering "kesasar", apalagi jika di Ekonomi? Well, saya berharap semoga gerbong khusus ini bisa secepatnya diterapkan di kereta Ekonomi.

Last, terimakasih untuk Kereta Api Commuter Jabodetabek atas fasilitas ini :)


DR

22.8.10

Sumpah Mahasiswa Indonesia

Sumpah mahasiswa Indonesia
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Bertanah air satu,
Tanah air tanpa penindasan

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbangsa satu,
Bangsa yang gandrung akan keadilan


Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbahasa satu,
Bahasa tanpa kebohongan



DR

30.7.10

Favorite Song :3



DR

30 Juli 2008

Dear Eci,

Apa kabarmu di sana? Sekarang tepat dua tahun sepeninggal kamu.. Dan aku masih sering menangis jika teringat kamu. Aku mau nyari kamu, tapi harus ke mana? Kita begitu jauh dipisahkan oleh ruang dan waktu. Gak ada celah untuk kita bisa berjumpa lagi seperti dulu.

Dear Eci,

Mungkin ini jalan yang terbaik dari Tuhan untukmu. Untuk kita. Aku juga berusaha untuk menerima ini semua dengan hati yang ikhlas, meski kadang hati ini sulit menerimanya.

Dear Eci,

Mungkin kalau saat ini kamu masih bisa berdiri di hadapanku, aku pasti akan bertanya padamu, "Eci ambil kedokteran di mana?" Aku nggak pernah sekalipun lupa sama cita-cita kamu yang ingin menjadi seorang dokter. Aku suka dengan kegigihan kamu dalam memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita kamu. Tapi sekarang, cita-cita hanyalah tinggal cita-cita. Bahkan kamu pergi sebelum hal tersebut sempat terwujud.

Dear Eci,

Aku merindukan kamu.. Apa kamu rindu sama aku? Aku yakin, kalau kamu berada di sini, pasti kamu akan bangga dengan kami, sahabat-sahabatmu, yang kini telah berhasil lulus dari SMA. Meskipun kamu nggak bisa ikut bersama kami di sini, tenang aja ya sayang, kami janji, kami akan meneruskan cita-cita kamu..

Dear Eci,

Di mana pun kamu berada sekarang, aku selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu. Semoga Allah senantiasa menyayangi dan melindungi kamu. Semoga juga jalanmu selalu diterangi oleh para malaikat-malaikat ke tempat yang paling indah di sana.

Dear Eci,

Kapan-kapan main ya ke mimpi aku. Kamu udah jarang main sekarang. Setiap aku mimpiin kamu, aku selalu merasa dan berharap bahwa kamu masih ada di sini. Tapi ternyata, kamu memang masih ada. Kamu selalu ada dan selalu hidup bersama kami, di hati kami, orang-orang yang mencintaimu..

Dear Eci,

Gak ada lagi yang bisa mempersatukan kita kini, kecuali doa kami padamu, yang akan terus menerangi jalan kamu..

Dear Eci,

Selamat jalan sayang, selamat jalan kawan.


DR

22.7.10

Ketika Gagal Menyapa


Hidup ini memang kompetisi, pasti ada saat di mana seseorang menang atau kalah, sukses atau belum sukses, berhasil atau gagal. Semua pasti pernah mengalaminya. Cerita orang-orang di sekitar gue membuat gue tergerak untuk menulis postingan ini. Ada beberapa hal yang ingin gue bagi tentang hal ini, semoga bisa bermanfaat bagi semua.

Seperti kita ketahui, sebagai muslim, untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan 3 hal pokok, yaitu doa, usaha, dan tawakkal.

Sekarang bakal kita bahas satu persatu.

Doa


Nah, gue pernah denger salah seorang guru konseling gue bilang gini;

Bayangkan, kalau kita mau berhadapan dengan kepala sekolah. Tentu kita gak mau kan kalau tampil dengan pakaian acak-acakan, dan kita belum menyiapkan materi apa yang bakal kita bicarakan dengan kepala sekolah tersebut. Udah gitu, kita harus merangkai kata-kata agar kita nggak terbata-bata, dsb.

Kalau kita mau berhadapan dengan kepala sekolah saja memerlukan berbagai persiapan, bagaimana apabila kita mau berhadapan, meminta, dan memohon pada Sang Pencipta? Dan gue pernah diajari beberapa adab doa kepada Allah SWT, Insya Allah dengan izin Allah, doa kita akan didengar:
  • Sebelum berdoa, sebaiknya kita bersuci terlebih dahulu, alias berwudhu
  • Setelah itu, laksanakan shalat dan berdzikir
  • Baru memohon dan berdoa kepada Sang Ilahi
  • Banyak melakukan doa pada waktu-waktu orang sedang sibuk maupun terlelap, seperti waktu dhuha dan saat shalat tahajjud
  • Berdoa pada saat sujud dalam shalat
Nah, setelah itu bagaimana apabila doa kita masih belum juga dikabulkan? Tenang, waktu itu, gue juga pernah ikut sebuah ceramah yang sampai saat ini gue masih ingat dengan jelas seperti apa isinya. Ustadz tersebut berkata seperti ini:

Ada 3 kemungkinan atas segala doa yang kita panjatkan,
Pertama, Ya.
Kedua, Allah menyimpannya dan menjadikan doa kita sebagai penolak dari segala marabahaya
Ketiga, Allah akan menyimpannya dan menjadikan doa kita sebagai penolong kita di hari akhir nanti. Insya Allah..

Nah, jadi jangan takut kalau doa kita nggak akan didenger, Insya Allah, karena Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang selalu meminta.
Kalaupun belum dikabulkan, setidaknya kita udah punya 'tabungan' buat nanti :)

Poin kedua yaitu berusaha. Tentu hal ini juga penting. Karena ketiga hal tersebut nggak akan ada artinya kalau nggak seimbang alias berat sebelah.

"Hidup ini semuanya berasaskan timbal balik. If you give more effort, you'll get more result."

Gue pernah baca sebuah buku yang berjudul Unik tapi Fakta karangan Tegar Satria tentang "Orang yang Selalu Gagal. Orang tersebut, dari tahun 1831 hingga 1860 ia selalu mengalami kegagalan seperti bangkrut dalam usaha, ditinggal istri, kalah dalam kontes pidato, kalah dalam pemilihan umum, dan sebagainya dalam kurun waktu tersebut. Tapi tahukah kamu, pada akhirnya pada tahun 1860 ia menjadi orang nomor satu di Amerika? Ya, dia adalah Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat, yang akhirnya dirinya diabadikan dalam Lincoln Memorial, D.C.

"Apabila kamu telah memulai sesuatu, tidak ada jalan lain kecuali menghadapinya. Apabila kamu gagal, jangan pernah berhenti di titik tersebut, karena siapa tahu, titik berikutnya akan menjadi keberhasilanmu."

Poin terpenting ketiga selain hal tersebut di atas adalah: tawakkal, alias berserah diri kepada Allah. Setelah berusaha dan berdoa, tidak ada cara lain kecuali berserah diri kepada yang Maha Penguasa. Bagaimana kalau masih gagal juga? Well, ya, hanya ada satu jalan, yaitu ikhlas..

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (QS. Annisa: 125)

21.7.10

H-10

10 hari lagi.
It seems like a long time.
Waiting for months for that day.
But, when the day nearly comes,
......
I feel so empty.

Mungkin Bogor-Depok bukan jarak yang jauh untuk sebuah kepergian. But I can feel the distance. Terserah mereka mau berkata apa. Mungkin aku memang cengeng. Ya. Mungkin aku memang manja. Ya. Menghadapi hari yang sebentar lagi akan tiba, menghadapi hari kepindahanku, menghadapi fase hidup yang baru.

Baru saja aku berkata, "Why should I leave? It just takes 20 minutes from here." Tapi aku tahu, 'kehidupan' yang sesungguhnya telah menanti.

Dua bisikan terus berdengung dalam hatiku. Aku yakin aku ingin terus tetap berada di sini, berada di sekitar mereka yang menyayangiku. Suasana hangat, gelak tawa, serta ceria, diselingi sedikit pertentangan dan kepedihan. Tapi, aku juga ingin terus berjalan maju, menyusul kawanku dan berjalan beriringan bersamanya pada jalur kami masing-masing, menggapai satu titik yang sama. Masa depan.

Aku pergi.
Tapi aku akan kembali.

Pada saat itu tiba,
Siapkanlah senyuman terbaikmu
Untuk menyambutku.


for beloved people, especially for my mom.


DR

19.7.10

L

Ketika hidup memunculkan taringnya,
Berjalanlah di atasnya, dan nikmatilah pedihnya.

Ketika rodamu berhenti di bawah,
Merangkaklah naik dan putarlah ia hingga berada di titik tertinggi.

Ketika jurang membelah di antaramu,
Jembatanilah dirimu sendiri untuk bisa sampai ke seberang.

Ketika kau berada di puncak,
tengoklah ke bawah.
Resapi seberapa keras kau mencoba untuk bisa berada di sana.

DR

16.7.10

Testing

About one month ago, i've got my Jakun a.ka Jaket Kuning as my almamater jacket with white makara on its left side. First time, wow i felt amazed, remembering one year backward I always imagined how it feels to be the part of this yellow campus. And today, it comes true. Thanks, God..

Before

After

DR

1.7.10

How We Used to be..


"I've just remembered about my second home here. When I can see you everyday. When we shared our tears, laughter, and happiness. This story is just a part of our lives. Just for reminds us how we used to be."

Sekolah memang dimulai tepat jam 7 pagi. Tapi nyatanya, di kelas kami, jam 7 kurang 5 aja cuma ada segelintir anak yang udah dateng. Salah satunya yang paling suka dateng pagi adalah
Hera Velani yang hobinya menelepon sambil menunggu bel berbunyi. Doi punya temen sebangku bernama Ratumas Vikasya Vioravanti yang biasa disapa Kasya saking susahnya nama dia disebut. Kasya, yang notabene salah satu cewek terajin di kelas, sering banget diadeuhin sama.. (musik mengalun di kejauhan) YAP! Egyta Widyapina, sang maskot kelas. Namanya yang terdengar sedikit "feminin" bertolak belakang sekali dengan perawakannya yang cowok tulen. Maklum, cita-citanya adalah menjadi seorang polisi. (wooowww woooww) Si Bang Egyt ini duduknya nomaden, hampir sama seperti kebanyakan cowok-cowok di kelas. Tempat duduk yang kosong ya adalah tempat duduknya hari itu. Besok lain lagi. Di antara cowok-cowok nomad seperti itu, hanya ada DUA makhluk mars yang betaaah banget duduk sebangku berdua selama dua tahun berturut-turut, mereka adalah Cipta Nugraha dan Rhizky Ramadhan. Cipta, sang KM di kelas ternyata mantan Ketua ITHRI periode 2008/2009. Wiiiw *standing ovation. Sedangkan Kira, sapaan akrab Rhizky, beberapa minggu sebelum UN mengalami kejadian naas yaitu, lengannya kanannya retak pas dia lagi mengendarai motor. Tapi untungnya, UN berjalan dengan lancar ya, Kir!! *wink

Lanjuuuuut. Tepat di depan mereka berdua, duduklah dua sosok wanita-wanita berjilbab nan alim, yaitu
Ratu Yaumilla dan Berliana Anggun Dewinta. Eh tapi kalau diperatiin Berli is not as alim as you see (apasih) karena kalau dia sedang bercerita paaaasti menimbulkan sebuah kehebohan karena suaranya yang toa! Haha. Lain lagi dengan Mila, sapaan akrab Ratu Yaumilla. Yang ini emang beneran alim..

Next. Kalau diitung-itung, wanita berjilbab di kelas kami ada sampai 6 orang. Yang tiga udah kesebut, yaitu Hera, Berli, dan Mila. Tiga lainnya adalah
Tiara Khairunisa, cewek yang seriiiing banget dicengin sama seisi kelas karena kehebohannya kalau teriak. Pencet saja hidungnya jika Anda ingin mendengar teriakannya! Haha. Selain itu, ada Hapsari Rahmawati yang doyan ber-BB ria. Bayangkan!! BB Gemini digantikan oleh BB Bold, how expensive they are. Gue satu aja gak kebeli.. (curhat) Nah, di sebelah si HapHap ini, duduklah seorang wanita yang manis dan alim juga berbakti kepada orang tuanya.. haha. Gak ding. Bingung ah ngedeskripsiin diri sendiri. Nah si "Gue" ini punya pacar yang tiga tahun berturut-turut sekelas, yaitu Alfian Rinaldi. Hehe (malu sendiri). Sering diledekin sama wali kelas kami sendiri.. Nasib.

Oh iya, ada kabar baik, selain kami berenam yang berjilbab, kita kedatangan dua teman baru yang baru saja mulai berhijab yaitu Kasya dan
Nurul Alfiah! Welcome.. Welcome.. :) Nunu yang notabene pengen jadi guru ini sebangku sama Zara Mayra, putri dari guru PKN kita, ibu guru Elinda (sebut merek deh). Nah, mereka berdua ini sejajaran dengan teman-teman mereka yang lain yang seneng banget ngadain arisan setiap hari. Bayangin, daily!! WTH laah. Tapi arisannya gitu doang kok, ngocok tempat duduk, yang sial gak bakalan dapet temen sebangku soalnya jumlahnya ganjil haha. Di antara mereka ini ada Wiesye Vania Wulandari, cewek paling dewasa di kelas ini. Ngomongnya haluus banget, sampai bikin cewek-cewek lain pada ngiri (atau gue doang? hiks) Sebelahnya Wiesye, duduklah Arie Dwi Pamungkas, yang termasuk salah satu cewek terajin juga di kelas. Selalu baik dan ramah pada siapa saja. Haha. Nah, sisa di barisan ini adalah cowok-cowok gahul, yaitu Reyaza Ichwan, sang (calon) ahli politik karena dia sudah diterima di Unpad Ilmu Politik, Saudara-saudara.. Bravo! Dua temannya yang lain adalah Widy Putra yang akan menjadi calon seniman karena seneng banget gambarin tangan orang make spidol dan Arya Lintang Syabil Widodo, sang pembuat heboh kelas dengan joke-jokenya.

Nah, karena murid di kelas kita yang "hanya" berjumlah 35 orang (mirip-mirip SBI laah haha ngarep deh) pasti ada satu orang yang bakalan duduk sendiri, orangnya adalah:
Megista Novinagari, yang sebentar lagi akan dihukum. Loh kenapa? Ya karena dia ambil Hukum di Unbraw, Saudara-saudara.. Di belakang Megi, duduklah empat cewek gahul yang kemana-mana bareeeng terus. Mereka adalah Dinika Nurannisa, Keke Nur Aprilia, Lestari Risnawati, dan Dinar Farahdilla. Ngomong-ngomong gahul, masih ada dua cewek yang modis yang belum kesebut, mereka adalah The Sisters, Oktavia Ovi dan Mutiara Delani Antaras. Pinjem kaca? Ke Ovi/Muti aja. Minta parfum? Ke Ovi/Muti aja. Pinjem sisir? Yah lengkap lah pokoknya mah.. Mereka sering rumpi bersama kawan-kawan mereka, apalagi saat jam pelajaran kosong. Salah satunya adalah bersama Fitri Nurbani, bocah kelahiran '93 ini pindahan dari Makassar. Meskipun dia udah lulus SD dari beberapa tahun yang lalu, panggilan OCI tetap melekat pada dirinya, padahal itu nama panggilan dikasih guru SD-nya waktu kelas 4! Haha. Sebelah Oci, duduklah Ginka Saraswati Karesian yang kalau ketemu gue pasti nyanyi-nyanyi Ijo Daun gak jelas haha. Di depan Ginka, duduklah sang jagoan basket kita, Irma Yunita! *tepuk tangan. Mair ini udah diterima di UNJ jurusan Pendidikan Olahraga. Memang, jiwa olahraganya sangat terasa.

Nah, kalau ngomongin bocah di kelas, juru kuncinya adalah Ardhi Evan. Gara-gara dia ikutan aksel pas SMP, umurnya sekarang bahkan belum 17.. (ngiri). Teman sebangkunya adalah Muhammad Ilham. Di belakang mereka duduklah Fajar Akhmad Winataharja yang walaupun rumahnya deket, selalu datang ngaret.. *geleng-geleng. Mereka ini semuanya suku nomad, jadi gak bisa disimpulkan siapa teman sebangku siapa yang permanen, termasuk yang sebentar lagi akan pergi ke Jogja, Arga Gendy Perdana dan tiga teman kita lagi yang masih tersisa. Mereka adalah Sandro Julio yang seriiing banget bawa barang dagangan ke kelas. Asiknya, barangnya selalu berbeda tiap hari! Haha (I miss the light-up candy, Ndro) dan Bernard Immanuel Marampa, yang gara-gara perkataannya yang sering ngomong: "mana esensinya.." sekarang ia terdampar di Filsafat UI. Sama seperti Bernard, Tito Dwi Wirawan pun kini sefakultas dengannya di FIB UI jurusan Ilmu Sejarah, it means, sama gue juga :)


NO OFFENSE NO DEFFENSE. SEMUANYA HANYA UNTUK KENANG-KENANGAN HAHA. SELAMAT JALAN KAWAN-KAWAN. Take Care :)

DR

30.6.10

A Long Journey..




Tahun 2010, kalau diingat-ingat hampir 2 tahun sudah gue memakai kerudung. Rasanya? "Kok baru bentar banget ya.."

Dipikir-pikir, perjalanan gue untuk berhijab seperti ini bener-bener sungguh gak terduga.

Gue sendiri selalu heran dengan apa yang udah gue raih sampai sekarang. It feels like it has its own scenario. Semuanya terjadi begitu aja. Rapi. Terencana. Unpredictable.

Keputusan gue berhijab sendiri pun sebenarnya sedikit banyak 'desakan' dari orang-orang di sekitar. I still remember my dialogue with my mom..

Mom: "Kapan kamu mau pakai kerudung?"
Gue: "Nanti.."
Mom: "Pokoknya nanti kalau kamu kuliah harus pakai jilbab ya."
Gue: "Iya, kalau udah lulus kuliah."

Kemudian gue berakhir dengan pelototan dan ceramah khas mama.

Cowok gue sendiri pun, berharap gue cepet-cepet pakai kerudung. Kakak laki-laki gue dan bokap, semuanya menanti kapan gue akan menutup aurat.. *sigh

Saat itulah gue mulai merasa frustasi. Banyak desakan dari orang-orang di sekitar, ditambah hati yang rasanya belum 'sreg' buat berubah. Gue sempet curhat sedikit sama nyokap gue tentang hal ini. Dan nyokap selalu bisa bikin gue tenang. "Kalau mau berubah, harus bener-bener dari dalem hati kamu.."

Di sisi lain, gue punya opportunity yang cukup 'besar' buat gue. Saat itu gue lagi mengikuti proses seleksi buat ngedapetin beasiswa untuk going and studying abroad. Seleksinya saaangat ketat, bahkan gue pun heran sendiri, gimana caranya bisa gue lolos buat ngikuti seleksi selanjutnya yang lebih ketat.

Saat itulah gue mulai berpikir. Terus-terusan gue berdoa semoga gue bisa ngedapetin beasiswa ini, bisa mendapat big opportunity to see the whole world with my own capability. Ngarep banget deh pokoknya. Tapi, lama-lama gue merasa, masa gue terus-terusan meminta sih tanpa ada 'feedback' yang bisa gue lakukan. Setelah cukup lama menimbang-nimbang dan bersemedi (gayaaa) gue memutuskan untuk.. Bernazar.

Yap. Gue nazar untuk berhijab kalau sampai gue lolos di seleksi ke-3. Gue janji. Wholeheartedly.

Dan akhirnya,
Alhamdulillah, gue lolos beserta tiga puluh temen-temen gue yang lainnya.

Janji gue pun segera gue penuhi. Seminggu setelah pengumuman, gue langsung melaksanakan nazar gue dengan menutup aurat. Sampai sekarang. Semoga selamanya..

Banyak banget perubahan yang gue alami setelah gue memutuskan untuk berhijab. Salah satunya, gue berusaha untuk menjaga attitude (meskipun belum bisa dibilang attitude gue udah baik sekarang) At least, i've tried. And i'm trying.

Benefit terkecil yang gue rasakan adalah, gue gak perlu ribet lagi sama poni gue yang nyebelin naudzubillah ini. Udah rambut gue tipis, jidat gue juga lumayan tidak sempit. Hahaa.. Jadi ribet sendiri kalau harus begitu. Juga, gak perlu ngurusin rambut sampe ribet-ribet. Abis keramas, langsung kerudungan dan cabut, gak perlu nunggu kering. Mau keramas seminggu sekali pun gak ada yang peduli ;p

Dan tanpa disadari, hal-hal sekecil itu ternyata sangat merepotkan sebelum gue memakai kerudung. Dan tentunya, sekarang gue merasa lebih 'nyaman' dan aman dengan diri gue yang sekarang.. It flows.

Mungkin sampai sekarang gue sendiri pun belum bisa benar-benar menjadi muslimah yang 'sesungguhnya'. Gue masih seneng make skinny jeans. Gue masih kurang bisa menjaga pandangan gue dengan lawan jenis. Gue masih belum bener make kerudung sesuai dengan aturan yang seharusnya. Dan lain sebagainya..

Setelah gue recap perjalanan gue tadi.. Gue jadi semakin terpacu untuk jangan pernah takut untuk berubah. Karena sebenarnya, musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Gue sendiri pernah mengalami gimana sulitnya untuk 'memulai'. Tapi yang harus kita lakukan cuma berpikir sejenak, menyelami isi hati, dan dengarkan apa kata hati kecil. Karena hati gak pernah bohong..

Gue sendiri masih suka teringat gue dulu yang 'sulit' untuk membuka hati gue. Tapi ternyata hidup punya skenarionya sendiri.. Setertutup apapun hati gue untuk mulai mencoba, toh ternyata Dia punya jalan-Nya sendiri untuk hidup gue.

Bagaimana dengan kabar beasiswa itu?

Gue gagal di seleksi nasional.

Sedih? Pastinya. Tapi gue gak pernah merasa menyesal untuk bernazar.
Karena gue udah memiliki 'sesuatu' yang jauh lebih berharga..

DR

24.6.10

Surprise Part. II


Jadi inget postingan beberapa bulan yang lalu tentang
Endless Surprises. Di sana gue menceritakan betapa girangnya gue bisa diterima di universitas impian gue, di pilihan pertama pula. Ditambah rentetan surprise yang sangat bikin gue terkejut sebelum gue bisa mencernanya, hahaa.. lebay abis.

Nah, beberapa hari yang lalu bokap kedapetan email dari om gue yang udah lama tinggal di Austalia. Bokap nyuruh gue buat baca dan isinya kira-kira seperti ini:

"Congratulations to Dilla for her success getting into UI. UI is a difficult University to get into, tough competition just like ITB and Unpad and UGM.

Maybe Dilla wants to go to Australia one day to study or just a holiday to practice her knowledge in English language and Aussie culture. I can support her if she wants. Just let me know."

Bertahun-tahun gue memimpikan buat bisa going abroad tapi gak pernah kesampaian. Kini gue dapat tawar tanpa gue harus bersusah payah, bahkan terbayang pun nggak pernah.

Beneran, rencana Allah selalu bisa bikin gue merinding. He knows the best time to give His permission :) Makasih banget, Ya Allah..

DR

Keberatan



Suatu hari gue pernah membuat status di account pribadi FB gue sendiri yang kira-kira berbunyi seperti ini:

"Do not make statements that could provoke others. Respect, please."

Bukan tanpa alasan gue membuat status kayak gini. Itu karena gue udah "gerah" banget bacain status orang yang
saenae' dewe' nulis tanpa memikirkan apa tanggapan orang lain. Fine lah kalau dia cuma mau mengungkapan pikirannya, tapi gue rasa status FB bukanlah sarana yang tepat buat mengeluarkan semua pikiran lo, terutama apa yang berkaitan dengan keidealisan atau berbau religius.

Karena gak semua orang berpikiran sama seperti mereka.

Gak semua orang berpikir statement yang ia anggap bercanda itu lucu.

Gak semua orang setuju dengan statement yang ia lontarkan.

Nggak.

Karena masing-masing pribadi pasti punya nilai-nilai sendiri yang gak bisa diganggu gugat. Dan gue sadar hal itu suatu saat pasti akan bergesekan kalau seseorang menyampaikannya secara gak tepat, karena pasti akan adanya perbedaan sudut pandang dan keidealisan dalam diri masing-masing.

Sekali lagi, status FB itu bukan sarana yang tepat buat mengeluarkan statement yang seperti itu. Walaupun tulisan di sananya What's On Your Mind? Gak harus juga kan lo keluarin semuanya apa yang lo pikirkan.. Seperti kata gue tadi,
respect, please..
Karena singkatnya karakter dan keterbatasan space, pasti bakal menimbulkan banyak kesalahpahaman.

Seperti gue.

Gue contoh orang yang sedikit "terprovokasi" atas apa yang mereka tulis. Hm, kalau tentang hal apakah itu, pokoknya sangat menyinggung hal yang sangat sensitif.

*intermezzo..

Gue bingung kenapa bisa menulis tulisan seserius ini. Garang juga bacanya, hahaa.

Begitulah,
Beberapa hal yang gue pikirkan akhir-akhir ini.
Buat teman-teman sekalian, terima kasih pengertiannya.
Semoga gak terulang lagi.
Amin.

DR

21.6.10

Ketika..


Ketika aku ingin menulis,
I found
ZERO

Ketika aku sedang tidak mau menulis,
I found
HUNDREDS

Ah, hidup..


DR



When We Talk About the Past..



Dunia sudah gila
Atau aku yang lama-lama akan menggila?
Lembar demi lembar catatan tergores darah
Darah
Dan darah
Darah lagi..
Hanya warna merah yang tertinggal di sana
Atau
Catatan-catatan hitam
Yang semakin kelabu dimakan umur

Tertimbun bersama daun-daun yang busuk
Di kala musim berganti
Kembali pulang dengan sepotong kaki yang masih utuh
"Begini saja sudah untung.." katamu

***

Sok tau banget ya gue sok-sokan bikin puisi gitu. Anyway, gue sama sekali bukanlah seseorang yang sangat puitis. Bahkan kalau gue disuruh baca puisi, sampai kebelinger pun gue gak bakalan ngerti apa maksud dan tujuannya. Prinsip gue: kalau bisa ngomong secara langsung, kenapa harus pakai kiasan? (Prinsip orang yang ga ngerti literatur, sigh)


Nah, anehnya tadi tiba-tiba aja terpikir kata-kata itu. Kenapa? Ya nggak tau. Gue sendiri heran sama otak gue sendiri, tiba-tiba memikirkan sesuatu yang "nggak gue banget" dan jauh banget. Halah, udah lah. Bikin pusing sendiri aja. Sampai segini aja intermezzo-nya..

Yang ini juga aneh: gue tiba-tiba kepikiran sama sejarah. Padahal sejarah adalah pelajaran yang bukan termasuk dalam daftar pelajarn favorit gue. Sorry, no offense. Hanya menurut pendapat gue aja. Beberapa alasan simpel yang mungkin terdengar bodoh:


1.) Gue males bacanya
2.) Gue males ngapalnya

3.) Pusing sama tanggalnya
4.) Suka banyak beda pendapat dan versi

5.) Susah ngapalin namanya.


Gue jadi inget pait-paitnya pengalaman gue beberapa bulan lalu dalam nyiapin ujian universitas. Gue sampai rela browsing banyak-banyak demi mendapat banyak sumber, sampe gue beli beberapa buku acuan yang kira-kira mencakup semua materi. Pokoknya niat abis deh.


Kemudian..


SETELAH DIBACA KOK TERNYATA MENYENANGKAN? *jerit sendiri*


Haha, seru aja gimana ceritanya sampai sekarang ada beberapa negara yang masih "musuhan" ternyata akibat kejadian di masa lalu. Gimana ceritanya negara-negara adikuasa sekarang kini bisa menjadi bangsa besar, tentu bukan mustahil kalau ternyata dulu mereka dijajah oleh pemerintahan mereka sendiri.


Dan..

Istilah-istilah aneh yang gue jumpain di sana. Beberapa yang gue inget:


- Korean Boom (Lupa, yang pasti bukan demam K-Drama atau K-Pop)
- Oil Boom (Kalau nggak salah surplus minyak di Indonesia)

- Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli, konflik internal dalam tubuh PDI yang menyebabkan terpecahnya partai ini -- sorry kalau salah, banyak yang udah lupa)

- Malari (Malapetaka 15 Januari 1974, demo mahasiswa yang menentang kedatangan PM Jepang)

- Mafia Berkeley (Entah kenapa setiap kali nama ini disebut gue jadi inget Edi Brokoli -- berusaha menyelenggarakan konsep ekonomi Trickle Down Effect)


Banyak banget deh istilah-istilah yang gue temui yang lebih "aneh" dari ini. Selalu bikin gue kebelinger bacanya. Baru ada nemu satu, udah muncul lagi istilah lainnya. Akhirnya yang sebelumnya terlupakan. Dan seterusnya..

Tapi..


Di balik itu..


Yang bikin gue miris, yah, anehnya sepanjang sejarah yang gue baca kenapa selaluu berisi tentang masalah, masalah, dan masalah. Konflik. Pertumpahan darah. Perang. Selalu begitu.


Tau Franz Ferdinand kan?
Ya, bener. Emang nama band.

Tapi jauh sebelum band itu berdiri, Franz Ferdinand adalah nama seorang putra mahkota berkebangsaan Austria-Hongaria yang dibunuh oleh pasukan Serbia.

Dan percaya atau nggak, kematian putra mahkota ini yang menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia I.

*geleng-geleng kepala*



Dan PD I memakan korban sebanyak.. *jengjeng*
Jumlah korban
Tewas:
5.520.000
Terluka:
Hilang: 4.121.000
12.831.000
Tewas:
4.386.000
Terluka: 8.388.000
Hilang: 3.629.000

Left: Triple Etente & friends

Right: Triple Alliante & friends

Courtesy of Wikipedia


Luar biasa..

Dan itu baru secuil dari apa yang gue baca, aslinya: lebih buaanyak lagi pastinya.

Pertanyaannya:
Kenapa sejarah banyak menceritakan sisi kelamnya?

Jawaban:
Karena itulah hidup. Ga ada yang namanya lawan kata, yang ada hanya pasangan.
Tuhan menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Sisi gelap dan sisi terang bukan merupakan suatu lawan kata, melainkan pasangan. Di mana ada sisi gelap, di sana pasti akan muncul juga sisi terang.

Yang gue sorot di sini memang hanya beberapa bagian dari sisi "gelap" sejarah yang udah gue pelajari belakang. Tapi tentunya, ia pun pasti pernah menorehkan tinta emas dalam lembarannya..

DR

Shadow


Aku. Berdiam diri di sudut bayangan yang tak kunjung menjadi sosok nyata. Aku tergeletak begitu saja di sudut bersama tumpukan rongsokan. Apa kamu tahu sebentar lagi akupun akan menjadi begitu? Meskipun aku ada tetapi kamu toh tak peduli. Meskipun aku memohon toh kamu tak mau melihat. Meskipun aku menjerit toh kamu menutup telinga. Aku tahu kamu tahu. Aku tahu kamu tahu bahwa aku ada.


Tapi tak ada salahnya juga menjadi bayangan.


Setidaknya aku lebih baik darimu.


DR

14.6.10

Gadisnya, Bukan Gadisku


Setiap pukul 15.00 tiba, ia tidak pernah lupa untuk mengunjungi tempat itu. Sebuah foodcourt yang terletak di lantai 2 sebuah pusat perbelanjaan. Di sudut yang sama dan tempat yang sama. Ia sedang menunggu gadisnya sambil ditemani oleh secangkir teh hangat.

Tak lama, gadis yang ia tunggu akhirnya datang juga. Ia keluar dari gerbang sekolah yang terletak persis di sebelah pusat perbelanjaan tersebut. Ia memerhatikan gadisnya dengan seksama saat ia menyeberang jalan menuju sebuah halte bus.


Ia menerawang sambil sesekali melirik gadis kecilnya yang terduduk sendiri di bangku halte. Gadis yang selalu membuat darahnya berdesir walau hanya dengan menatap wajahnya. Gadis yang membuatnya tidak perlu berpikir panjang untuk menyadari bahwa ia telah jatuh cinta padanya. Setelah sepuluh tahun mereka tidak bertemu. Ah, tidak.. Ia bahkan selalu mencintainya setelah sepuluh tahun tidak bertemu.


Dan di sinilah tempat terbaik di mana ia bisa mengawasi gadisnya secara jelas. Menemaninya yang sedang sendiri di sana. Ah, bukan, justru ialah yang ditemani oleh gadis tersebut. Ditemani oleh gerak-geriknya yang mampu melumpuhkan seluruh syaraf tubuh saking girangnya. Meskipun begitu, ini merupakan momen terbaik yang selalu ia nantikan. Lima belas menit terbaik dalam seharian ini. Memerhatikan gadis tersebut, walau hanya dari jarak pandang yang cukup jauh. Tanpa kontak. Tanpa tatap mata. Tanpa pertemuan. Tetapi baginya, semua itu terasa begitu indah.


Sebuah mobil sedan hitam tiba-tiba memenuhi pandangannya. Menghalangi pandangan matanya yang sedang hanyut dalam keindahan wajah sang gadis. Mobil itu lagi, yang selalu menghancurkan momen indahnya bersama gadisnya. Lagi-lagi, ia pun harus menelan kekecewaan itu. Saat tubuh mungil itu digandeng oleh sosok yang keluar dari mobil tersebut. Seseorang. Dan itu bukanlah dirinya. Ia tidak pernah melihat wajah gadisnya secantik ini saat gadisnya bertemu dengan sosok itu. Kini ia tahu pasti bahwa kini hati gadisnya telah memilih. Dan lagi-lagi, itu bukan dirinya..


Ia beranjak dari tempatnya, meninggalkan secangkir teh yang telah kosong.


DR

Overheard


Di sebuah bus antarkota di sebuah siang yang cerah.. (baca: gerah)


Dua mbak-mbak duduk persis di belakang gue.
Mbak 1 : SELAMAT HARI JADI BOGOR YANG KE-528 (lagi baca spanduk ceritanya)
Mbak 2 : Wah, Bogor udah 500 tahun lebih.
Mbak 1 : Iyaya, udah berapa abad sih?
Mbak 2 : 1 abad kan 100 tahun. Jadi kira-kira 5 abad.
Mbak 1 : Jakarta juga udah tua, ya.
Mbak 2 : Iya, namanya aja udah banyak ganti-ganti.
Mbak 1 : Betul, dari Batavia.. terus apan lagi ya? :berenti: Terus, Java juga pernah.. :lanjutnya dengan nada sok tahu:
Gue : (dalem hati) Java itu bahasa Inggrisnya Jawa, Mbak.
Mbak 2 : Tapi Bogor gak pernah ganti nama ya.
Mbak 1 : Iya gak pernah, dari dulu namanya Bogor terus.. :masih dengan nada sok tahu:
Gue : (masih dalem hati) BOGOR itu dulunya BUITENZORG loh, Mbak.

***

Lagi-lagi di sebuah siang yang terik.

Gue : Mau ke mana nih kita?
A : Gak tau.
Gue : Yang pasti dong.
A : Gak tau ah, ke mana foot, eh foots melangkah aja.
Gue : .....

***

Kenapa semua latar belakangnya siang? Saya juga nggak tahu.

Temen gue, F : Masa kemarin gue ketemu sama temen nyokap gue, terus dia bilang gini masa..
Gue : :menunggu:
F : Aduh, si A'a sekarang udah gede ya, udah bujangan..

DR

10.6.10

Dream Home




surfing cool photos at We Heart It memang gak ada matinye! :D keren keren banget. God, will my future house be like that? Amin.

DR

6.6.10

Decision


Pak Kadir duduk di hadapan putrinya. Ia memerhatikan Citra, putri semata wayangnya, dengan seksama. Ia masih sama seperti Citra yang dulu. Hanya ada satu yang berbeda sekarang, yaitu tanda kehidupan yang terlihat mulai menipis di wajahnya. Citra mungkin tak tahu bahwa ayahnya sedang gusar. Citra mungkin kini sedang asyik terbang atau bermain di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Raganya memang di sini. Tetapi separuh dirinya telah pergi. Tanpa sadar, Pak Kadir menitikkan setitik air dari sudut matanya. Ia bangkit dan mencium kening putrinya mungkin untuk yang terakhir kali. Ia sudah memutuskan..

Tak lama berselang, Pak Kadir bisa merasakan bahwa Citra telah terbang meninggalkan raganya. Tak ada suara, tak ada kata. Hanya gurat matanya dan desah napasnya yang sarat akan kesedihan. Ia telah merelakan putrinya untuk bebas dari belenggu alat bantu kehidupan ini. Sejatinya, Citra mungkin telah pergi sejak sebulan yang lalu. Saat ia menutup matanya setelah peristiwa naas tersebut. Hanya saja mesin ini tetap mengingkannya untuk tetap ada, berusaha membuatnya bernapas sedikit lebih lama lagi.

Namun, semua cukup sampai di sini saja.

Pak Kadir memilih Citra untuk pergi.

Dan Citra memilih untuk pergi...


(dedicated to someone, somewhere..)


DR

1.6.10

Random


Kemarin, pas lagi ke dokter gigi, gue ngeliat dua anak kembar lagi melongo ke dalem ruangan dokter.
Lucu banget deh. Udah posisinya sama, ekspresinya sama, bajunya sama, kayak lagi ada acara baris-berbaris gitu.
Kalau dipikir-pikir, aneh juga ya. Kalau ngeliat anak kembar, rata-rata dikasih nama mirip-mirip gitu.
Gak usah jauh-jauh, bokap gue, sama kembarannya cuma beda satu huruf namanya.
Padahal mereka berdua kembar laki-laki dan perempuan.
Ada lagi temen gue, dikasih nama Aan sama Iin.
Temen lama gue juga namanya Ani dan Ayu.
Kenapa?
Kenapa harus mirip coba?
Padahal kan mereka dua individu yang berbeda, cuma kebetulan aja lahirnya barengan.


Peratiin aja foto anak kembar di atas.
Bajunya kurang mirip apalagi coba?
Bahkan sampe ke sabuk-sabuknya pun sama.
Bukannya nggak boleh sih, cuma bingung aja.
Yang namanya anak kembar itu kan bukan satu paket yang selalu bisa disamain, ya kan?
Gue pribadi sebenernya sering bertanya-tanya, bokap gue kok gini, tapi kembarannya kok gitu.
Tentang banyak hal deh.
Tapi setelah dipikir-pikir, gue sadar kalau mereka itu dua pribadi yang berbeda.
Jelas aja.
Anak kembar gak harus selalu punya sifat dan jalan hidup yang sama kan?

Skip.

Nah, abis dari dokter gigi gue cabut ke SKI Katulampa bareng emak. Ituloh, tempat jual tas, sepatu, dan sodara-sodaranya. Gue juga lupa singkatan apa ya SKI itu? Hm.


Maaf ya malah foto makanannya, bukan tasnya.

Ngeliatin harganya sih lumayan lah, mulai dari 70-an ke atas. Kebetulan ada tas yang sedikit nyantol di hati gue, harganya sekitar 200-an gitu. Nah, kebiasaan buruk gue nih selalu gitu. Kalau udah nemu barang yang ditaksir aja, malah jadi suka banyak mikir. Takut nanti nyesel lah, takut duitnya bisa buat kepake yang lain lah, takut ini, takut itu, ujung-ujungnya.. Gak jadi beli deh. Sejam muterin itu tempat hasilnya nihil. Aduh susah ya jadi cewek -_-

DR

25.5.10

"Mom just want to remind you.."


Then which of the Blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny?

(Q.S Ar-Rahman 55:13)

Semalem sebelum tidur, gue sempet ngobrol bentar dulu sama nyokap. Biasalah, ngalor ngidul gak jelas sambil nungguin ngantuk. Terus nyokap tiba-tiba nanya gini: "Kamu kalau abis sholat, suka bersyukur gak sih?"

Wuedan.

Gue diem. Gue inget-inget. Mikir-mikir. Hm.

"Suka.." jawab gue sekenanya.

"Kok suka doang? Kamu kan udah dikasih kenikmatan. Doa kamu udah dikabulin, sampe diterima di dua universitas yang kamu mau. Masa bersyukurnya gitu doang?"

Krik. Krik. Krik

"Tapi kan bersyukur gak harus lewat kata-kata aja, Mah. Bisa dengan selalu beribadah, dll." *ceritanya ngebela diri*

"Ya gak gitu juga dong, masa sekarang diibaratin aja sekarang Mama. Mama misalnya beliin kamu baju, terus tapi kamu diem aja, gak bilang apa-apa. Kamu bilang terima kasihnya dalem hati. Emang enak perasaan Mama?"

"Kan bisa dengan ngerawat itu baju.. Dibagus-bagusin. Kan berarti aku menghargai pemberian Mama." *ngotot amat sih gw*

"Kalau kamu gitu ke Mama aja bikin Mama gak enak, gimana sama ke Allah? Yang ngasih kamu segalanya.."

Krik. Krik. Krik.

"Tapi pas pengumuman kan aku udah bersyukur."

"Iya, emangnya cukup sekali aja? Selain itu juga kan kamu dikasih banyak kenikmatan setiap hari. Ya nafas lah, kesehatan, makanan yang enak. Masa dikasih segitu banyak cuma bersyukurnya sekali doang?"

...

"Iya, Mah."

"Mama cuma ngingetin kamu aja, supaya kamu selalu ingat bersyukur."

:)

DR

24.5.10

Ketika "Teman" Tak Lagi Menjadi Teman


Yang namanya perjumpaan pasti bakalan berlanjut ke kisah-kisah yang dirangkai bareng. Entah itu pertemanan, persahabatan, bahkan pacaran. Dan yang pengen gue garisbawahi di sini adalah pertemanan. Ya, pertemanan.

Pasti kita pernah denger deh kata-kata yang begini: "Yang namanya mantan pacar itu ada. Tapi gak ada yang namanya mantan temen."

Emang sih, aneh juga. Masa pas kita ketemu seseorang di jalan, terus tiba-tiba bilang gini: "Eh itu kan mantan temen gue!" Aneh aja kedengerannya.

Gue sendiri dulu gak percaya bakalan ada istilah kayak begitu. Tapi, setelah dipikir-pikir.. well, it does exist.

Bukan karena siapa-siapa. Bukan karena si A gak mau lagi jadi temen si B, atau sebaliknya. But it just flows. Dan gue percaya bahwa waktu udah banyak merubah banyak orang.


Include myself, who knows? Let it be still a mystery, and I don't wanna know any further.

Just like the previous, let the time flows it out.

DR