3.9.10

Take A Look Around..

aku cuma bisa senyum kecut
memerhatikan mereka membungkuk dan memungut
sepanjang perjalanan hidupnya kepalanya terus menunduk
mencoba percaya kalau di bawah sana ada rezeki
jangan salah
sesekali ia pun mendongak
berharap ada tangan yang terjulur padanya
sementara di hadapannya berdiri gagah
istana para pembesar negeri
yang hidupnya selalu membusung dada
sementara di bawah kakinya ada wajah menderita

DR

1.9.10

Gerbong Khusus Wanita: No Men, Please


Fenomena kereta api khusus wanita sedikit banyak mengundang perhatian dari saya. Saya, sebagai pengguna kereta api untuk pulang-pergi rumah-kampus seminggu sekali ini, awalnya merasa tidak begitu peduli dengan kemunculan kereta ini.

Sampai suatu ketika pas ibu saya nengok ke kosan, beliau cerita bahwa beliau naik kereta (bisa lebih disebut gerbong) khusus wanita. Beliau bilang bahwa adanya kereta tersebut membuat beliau tidak khawatir lagi kalau harus berpergian atau berdesakan saat jam sibuk. Meskipun berdesakan, mereka semua wanita yang membuat beliau merasa lebih nyaman.

Ada satu cerita lucu di sini. Ibu saya yang bercerita. Ada sepasang suami istri yang sudah cukup tua yang sepertinya tidak tahu dengan adanya gerbong khusus wanita ini. Mereka pun naik di gerbong 1 dan duduk di sana berdampingan. Sampai ketika ada seorang sekuriti yang menghampiri bapak tersebut dan menyuruhnya untuk pindah gerbong. Sang bapak kelihatannya sangat tidak rela berpisah dengan sang istri. Kemudian ia berkata, "Baik saya akan pindah gerbong bersama istri saya," katanya sambil menggadeng sang istri seakan tidak mau lepas. Lucu juga melihat sepasang kakek-nenek yang masih saja mesra hingga kini :D

Nah, ceritanya kemarin kebetulan saya pulang ke rumah. Karena saya biasa naik ekonomi AC sedangkan kereta AC berikutnya masih jam setengah tujuh, akhirnya saya memilih naik pakuan yang jam 6 sore. Ibu saya di telepon terdengar cukup was-was saya mau pulang sendiri pada waktu prime time seperti itu. Padahal saya sendiri sebenarnya sudah terbiasa. Akhirnya beliau menyuruh saya untuk naik di gerbong yang khusus wanita dan beliau akhirnya lumayan bisa bernafas lega. Saat memasuki gerbong tersebut, saya mulai merasakan atmosfer yang berbeda. Memang benar, gerbong yang dikhususkan wanita ini terlihat lebih tertib dan lebih nyaman berada di dalamnya. Namun, masih saja ada beberapa pria yang suka "tersasar" masuk ke dalam gerbong khusus tersebut sehingga lagi-lagi harus diperingatkan oleh sekuriti. Tetapi secara keseluruhan, saya menjadi lebih nyaman apabila bila harus berpergian pulang-pergi, apalagi kalau harus terpaksa pulang malam.

Mengapa baru hanya ada di Ekonomi AC dan Pakuan?

Karena jujur, sebenarnya saya sangat mengharapkan gerbong khusus itupun diterapkan pada kereta Ekonomi. Apalagi kalau saya ketinggalan kereta, mau tidak mau harus menggunakan kereta Ekonomi, karena kereta AC dan Pakuan tidak lewat setiap saat. Sedangkan saya masih sedikit merasa was-was jika harus naik Ekonomi biasa terutama pada waktu prime time.

Analisis sementara yang bisa saya simpulkan sih.. Mungkin karena terlalu banyaknya peminat dari kereta ini yang masih sulit untuk diorganisir. Untuk kereta AC dan Pakuan saja masih banyak yang sering "kesasar", apalagi jika di Ekonomi? Well, saya berharap semoga gerbong khusus ini bisa secepatnya diterapkan di kereta Ekonomi.

Last, terimakasih untuk Kereta Api Commuter Jabodetabek atas fasilitas ini :)


DR