25.5.10

"Mom just want to remind you.."


Then which of the Blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny?

(Q.S Ar-Rahman 55:13)

Semalem sebelum tidur, gue sempet ngobrol bentar dulu sama nyokap. Biasalah, ngalor ngidul gak jelas sambil nungguin ngantuk. Terus nyokap tiba-tiba nanya gini: "Kamu kalau abis sholat, suka bersyukur gak sih?"

Wuedan.

Gue diem. Gue inget-inget. Mikir-mikir. Hm.

"Suka.." jawab gue sekenanya.

"Kok suka doang? Kamu kan udah dikasih kenikmatan. Doa kamu udah dikabulin, sampe diterima di dua universitas yang kamu mau. Masa bersyukurnya gitu doang?"

Krik. Krik. Krik

"Tapi kan bersyukur gak harus lewat kata-kata aja, Mah. Bisa dengan selalu beribadah, dll." *ceritanya ngebela diri*

"Ya gak gitu juga dong, masa sekarang diibaratin aja sekarang Mama. Mama misalnya beliin kamu baju, terus tapi kamu diem aja, gak bilang apa-apa. Kamu bilang terima kasihnya dalem hati. Emang enak perasaan Mama?"

"Kan bisa dengan ngerawat itu baju.. Dibagus-bagusin. Kan berarti aku menghargai pemberian Mama." *ngotot amat sih gw*

"Kalau kamu gitu ke Mama aja bikin Mama gak enak, gimana sama ke Allah? Yang ngasih kamu segalanya.."

Krik. Krik. Krik.

"Tapi pas pengumuman kan aku udah bersyukur."

"Iya, emangnya cukup sekali aja? Selain itu juga kan kamu dikasih banyak kenikmatan setiap hari. Ya nafas lah, kesehatan, makanan yang enak. Masa dikasih segitu banyak cuma bersyukurnya sekali doang?"

...

"Iya, Mah."

"Mama cuma ngingetin kamu aja, supaya kamu selalu ingat bersyukur."

:)

DR

24.5.10

Ketika "Teman" Tak Lagi Menjadi Teman


Yang namanya perjumpaan pasti bakalan berlanjut ke kisah-kisah yang dirangkai bareng. Entah itu pertemanan, persahabatan, bahkan pacaran. Dan yang pengen gue garisbawahi di sini adalah pertemanan. Ya, pertemanan.

Pasti kita pernah denger deh kata-kata yang begini: "Yang namanya mantan pacar itu ada. Tapi gak ada yang namanya mantan temen."

Emang sih, aneh juga. Masa pas kita ketemu seseorang di jalan, terus tiba-tiba bilang gini: "Eh itu kan mantan temen gue!" Aneh aja kedengerannya.

Gue sendiri dulu gak percaya bakalan ada istilah kayak begitu. Tapi, setelah dipikir-pikir.. well, it does exist.

Bukan karena siapa-siapa. Bukan karena si A gak mau lagi jadi temen si B, atau sebaliknya. But it just flows. Dan gue percaya bahwa waktu udah banyak merubah banyak orang.


Include myself, who knows? Let it be still a mystery, and I don't wanna know any further.

Just like the previous, let the time flows it out.

DR

16.5.10

Ada Apa dengan IPA dan IPS?


Buat yang pernah/sedang/akan mengalami SMA pasti bakalan ditanya sama hal-hal kayak gitu deh.

Buat yang pernah: "waktu SMA-nya ambil jurusan IPA apa IPS?"
Buat yang sedang: "jurusannya IPA apa IPS?"
Buat yang akan: "kalau udah SMA, mau ambil IPA apa IPS?"

Yah, beberapa pertanyaan gitu juga pernah gue alamin. Terutama pas masa-masa kelas sepuluh semester kedua deh, pasti banyak yang nanyain kayak gitu ke gue. Dan gue (meskipun) dengan mantap berkata: IPS,
pasti masih ada aja orang-orang yang kebingungan. Well, biasanya pertanyaan dilanjutkan dengan: kenapa gak ambil IPA aja?

Aneh, ada apa sih dengan pikiran orang-orang? Apa salah kalau jurusan IPS dijadikan sebagai cita-cita? Apa jurusan IPA lebih baikkah daripada IPS? Atau pemikiran-pemikiran orang-orang yang mendiskreditkan orang-orang IPS bahwa 'IPS adalah buangan anak-anak yang gak bisa masuk IPA' sudah tertanam kuat dalam pikiran mereka?

Nggak juga. Sri Mulyani. Selo Soemarjan. Koentjaraningrat. Contoh orang-orang sukses yang berlatar belakang dari ilmu sosial. Apa mereka buangan? Tentu aja nggak. Well, gak semua sih yang berpikiran seperti itu, tapi gue pribadi pernah merasakan bagaimana pemikiran orang-orang tersebut sampai ke telinga gue, meskipun secara tersirat. But I know what they really thought, at least, melalui mimik wajah dan kata-kata.

Gue sendiri
awalnya saat pertama kali masuk SMA, ngeliat anak-anak IPA tuh 'wah' gimana gitu ya (namanya juga freshman). Bahkan gue sempet ikutan ekskul KIR biar bisa masuk IPA (pikiran anak kelas 1 SMA-ga nyambung banget)

Tapi setelah dipikir-pikir, emang tujuan gue apa sih? Emang kalau gue masuk IPA menjamin kalau gue bakalan pinter? Dan apakah gue nyaman dengan semua itu? Dan ternyata saudara-saudara, semua nilai pelajaran fisika, kimia, biologi gue pas kelas 1 SMA jeblok semua, yah, walaupun gak ada nilai merah sih.. Tapi tetep aja. Malahan nilai ilmu sosial gue jauh lebih tinggi dibanding 3 mata pelajaran itu.

Akhirnya gue pun memutuskan untuk pindah haluan. Bukan karena faktor itu aja sih. Banyak. Salah satunya karena gue merasa, itu bukan bidang gue. Gue lebih suka membaca, menghafal, menulis, berdiskusi, meneliti gerak-gerik seseorang, belajar tentang kebudayaan. Dan itu jauh banget sama pelajaran IPA. Well, beruntung juga sih gue karena gue menemukan minat gue sebelum gue 'terjeblos' pada jalan yang salah.

Hari bagi rapot pun datang. Gue dinyatakan naik ke kelas sebelas (2 SMA).

Tapiiii yang bikin gue terbelalak adalah:
GURU GUE NULIS DI BAWAH RAPOTNYA:
NAIK KE KELAS 11 JURUSAN IPA.

What?! Gue langsung panik aja gitu. Terus gue bilang gini: "Bu, kok IPA?"
Terus, kata wali kelas gue: "Iya, nilai kamu mencukupi."
Gue: "Tapi saya nggak mau, Bu."
Wali Kelas: "Loh kok gak mau?"
Gue: "Iya, saya pengen di IPS."
Wali Kelas: *diem sebentar* "Yaudah, tapi jangan nyesel ya.."
Kata gue dalem hati, saya ga akan nyesel, Bu, enak aja. Kira-kira yaa begitulah haha.

Next.

Biasalah, anak sekolahan yang baru naek kelas pasti ribut nanyain ke temen-temennya yang laen: "gimana rapotnya? atau "masuk IPA/IPS?" dan sejenisnya deh. Sampai gue ketemu sama seorang temen gue yang notabene udah jadi anak IPA, nanyain hal di atas juga, dan gue jawab dengan jawaban yang biasa juga. Sampai pada akhirnya (tiba-tiba) dia ngomong gini: "Gue bersyukur deh, dari yang gue liat anak-anak yang masuk IPA baik-baik semua.." dan semakin menggelitik gue untuk gak berkata, "Jadi yang gak baik masuk IPS nih?" haha tapi akhirnya gue diem aja deh. Well, dari dua kalimat yang berdasarkan pengalaman gue di atas aja udah bikin gue berpikir: "Apaan sih? Gitu banget.." tapi ujung-ujungnya (lagi-lagi) gue simpen dalem hati aja deh dari pada ribut. Haha


Kalau gue, sebagai kalangan minoritas (duileh..) tetep aja harus berpikir objektif. Pintar atau nggaknya seseorang itu kan tergantung dirinya sendiri, bukan berdasarkan jurusan. Sukses nggaknya seseorang juga tergantung dianya. Gak ada masalah mau dicap orang bagaimana, yang penting kita nyaman dengan diri sendiri kan? Itu juga yang membuat gue memutuskan untuk bilang ke guru gue apa yang gue mau. Menyesal? Nggak sama sekali. Bahkan gue merasa nyaman banget dan merasa gue udah memilih jalan yang 'benar' berdasarkan apa kata hati gue.

On the other hand, jadi inget masa-masa kelas 3 SMA yang baru lewat (sebulan yang lalu). Masa-masanya daftar ke universitas, dan sekarang gantian deh pertanyaannya jadi gini: "Daftar ke mana aja? Ambil jurusan apa?" Yaa kira-kira begitulah pertanyaan sesama murid yang masih terlunta-lunta mencari sekolah -____-

Ada yang menarik di sini. Beberapa temen gue dari IPA, banyak yang ambil jurusan IPC, IPS malahan. Pasti tiap tahun ada aja yang gitu. Sebenernya gak ada masalah sih soal itu. Tapi gue mau berbagi sedikit nih.

Dulu, dulu loh, dulu ya.. Gue sempet berpikir gini, ngapain sih masuk IPA kalau ujung-ujungnya ambil lahan orang.. Yah, begitulah pemikiran sempit gue ini. Secara permukaan, emang terlihat seperti itu. Tapi, dengan banyak-banyak sharing dan berkomunikasi dengan mereka, gue malah jadi salut banget.

Bayangin aja, jarak antara UN sama ujian universitas kan mepet banget, tapi buktinya banyak dari mereka yang bisa lolos keduanya, dengan mata pelajaran yang sangat berbeda dan juga nggak sedikit loh jumlahnya. Ditambah lagi sama cerita mereka yang bilang, ada yang terpaksa masuk IPA karena disuruh orang tuanya lah, ada yang sebenarnya mereka gak suka sama pelajarannya lah.. Dan segala macem. Tapi mereka berani untuk mencoba 'menemukan' apa yang mereka inginkan. It's about time. Mungkin mereka sama dengan gue saat gue masih kelas 1 dulu, bedanya mereka baru menemukan keinginan mereka yang sebenarnya saat ini..

Toh, nggak ada yang melarang mereka juga kan untuk mengambil jurusan di universitas yang sama sekali berbeda dengan jurusan mereka saat SMA? Bahkan undang-undang pun memperbolehkan. Both science and social students are the same. Anak IPA boleh ambil jurusan IPS, begitu juga sebaliknya. Fair kan?

Masalahnya.. kebanyakan dari kita sekarang malah sibuk protes bilang bahwa mereka ambil lahan orang lain. Hey, it's their rights, isn't it? Yang kita butuhkan sekarang hanyalah meningkatkan kualitas diri dan memiliki kemampuan bersaing. Kalau orang-orang yang berasal dari latar belakang yang sama sekali jauh aja bisa, masa kita nggak?


DR

Who's Cuter?


everyone's cute, I thought.. ;p these are my nieces and one of them is my cousin. guess who? yap, on the top left corner is my cousin. it's kinda unique here. my cousin, Keysha, just 6 years old, she is the youngest of my uncle's family. she has 2 sisters and one brother, two of them already get married and both of them already have a child. and.. yap! two of them on this photo are her nieces! Sharfa, 5 years old who wearing pink t-shirt, and Aqilla, 2 years old, on the other hand are her nieces, actually. they are cute, aren't they? they play just like friends, not seem like an aunt and nieces.

DR

14.5.10

Supergranny

Semalem gue mimpi..

Gue bertemu sama eyang gue..

Eyang. Yang udah pergi ninggalin gue sejak 2 tahun yang lalu. Terasa begitu lama, tapi begitu cepat pula. Entah kenapa tiba-tiba beliau muncul dan hadir dalam mimpi gue kemarin. Indah banget. Walaupun hanya sesaat, sekejap, but I can feel that's so real.

Dan gue bisa merasakan betapa sedih dan rindunya saat beliau harus pergi lagi dan menghilang entah kemana. Semuanya terjadi itu aja dan bener-bener terasa seperti sesungguhnya.

And I realize that, I miss her so badly..

Kalau boleh dibilang, semua perjuangan gue selama ini. Di sekolah, kursus, privat, bahkan belajar bareng sama temen-temen, demi mencapai semua impian gue.. dan juga demi eyang. She gave me much spirit than I expected.

Let's talk about this further.

Eyang adalah seorang sarjana lulusan UPI di jurusan Bahasa Inggris. Beliau sempat mengajar di sekolah-sekolah di Bandung sampai akhirnya beliau pindah ke Jakarta. Usianya yang sudah memasuki 70-an tidak menyurutkan beliau untuk terus belajar. Membaca. Mencari ilmu. Bahkan sampai akhir hayatnya pun, beliau tidak pikun sedikitpun dan masih sangat mengingat kami semua.

Sejak kecil, gue emang suka belajar bahasa Inggris sama eyang. Seminggu sekali gue dateng ke rumahnya dan minta diajari dari dasar. Bahkan bukunya pun masih gue simpen sampai sekarang.

Bisa dibilang, gue ini adalah cucu terdekat beliau. Karena ya, setiap minggu gue selalu nginep di rumahnya, sampai beliau mengembuskan nafas terakhirnya.. Dan entah sejak kapan, eyang berharap gue bisa mengikuti jejak beliau. Selain itu, gue pun adalah cucu terakhirnya dan karena sepupu-sepupu gue rata-rata udah pada kuliah, bahkan ada yang udah kerja, tapi gak ada seorang pun yang mengikuti jejaknya.

Akhirnya, sampai pada saat beliau sudah mau 'pergi', semua, dan setiap keluarga, masing-masing diberi wasiat. Termasuk gue. Beliau bener-bener berharap dan menegaskan ke gue kalau beliau ingin gue sepertinya. Bahkan semua buku-buku literatur, novel, conversation, sampai semua kaset yang berhubungan sama bahasa dan sastra Inggris beliau kasihin ke gue. Gak nanggung-nanggung, DUA lemari semuanya buat gue.

Dan entah juga sejak kapan, tiba-tiba keinginan gue yang ingin jadi psikolog ilang begitu aja. Eh beneran loh. Padahal dari gue SMP gue pengen banget jadi psikolog, karena menurut gue menyenangkan bisa memahami tingkah laku manusia sampai ke detail-detailnya. Tapi layaknya air yang dipanasin, semuanya menguap begitu aja.

Setelah dipikir-pikir, baca buku dan menulis emang hobi gue sejak dulu. Bahkan koleksi buku gue pun nggak nanggung-nanggung, gue punya 1 lemari 5 susun dan 2 lemari 3 susun yang semuanya penuh sama buku. Dan kalau gue bisa mengembangkan semua itu dengan pendidikan formal, kenapa ngga? Dan gue mengingat-ingat cita-cita gue sejak SD, sebelum gue berpindah haluan ingin jadi psikolog. Gue pengen jadi.. sastrawan.

Hmm. Dan setelah itu, gak ada alesan lagi untuk nggak menjalankan amanah eyang gue. Mungkin emang bener.. Semangat eyang tertanam kuat di dalem hati gue, itu kata nyokap.

Sudah setahun ini gue berjuang buat itu semua, dan alhamdulillah, gue bisa menjaga amanah beliau sekarang. Gue bisa mengikuti jejaknya dan ingiiin sekali seperti beliau yang haus akan pengetahuan. Semua keberhasilan gue ini gue persembahkan untuk eyang..

Inspiratif. Supportif. My greatest granny ever.

Dan gue berharap beliau bisa tersenyum atas semua ini.. Oh God, I just wondering how does she feel if she knew about this. I really wondering, and I wanna know..

DR

Short Dialogue


Me : “Mas, enakan masa SMA apa kuliah?”
Him : “SMA-lah, anak SMA mah gak perlu mikir apa-apa.”
Me : “Nggak juga ah, buktinya harus mikirin mau kuliah di mana. Pusing tau!”
Him : “Iya, ‘cuma’ mikirin mau kuliah DI MANA. Kalau udah kuliah kamu harus mikir, mau hidup GIMANA.”
Me : “…..”

this is the short dialogue between my brother and I, few months ago.


DR

8.5.10

Endless Surprises

SUBHANALLAH.. kejutan seakan datang bertubi-tubi bulan ini bagi gue. pertama, gue gak nyangka banget gue bisa diterima di UNPAD jurusan Sastra Inggris, pilihan pertama gue. gue udah gak mikirin lagi deh yang namanya UI-UI-an. mungkin memang di sana adalah rejeki dan jodoh gue.

dan kemarin gue di-sms temen gue kalau hari ini adalah pengumuman SIMAK UI. gue bingung dong, "bukannya masih minggu depan ya?" dan gue santai-santai aja, siapa tau salah liat (haha) eh ternyata pas gue buka webnya kemarin, beneran jadi hari ini. langsung deh deg-degan, keringet dingin, gak bisa tidur, saking deg-degan dan excitednya.

tapi semua itu gue pasrahin aja, soalnya gue gak yakin keterima. masalahnya, dari 120 soal, yang gue jawab cuma 58. mantap gak tuh? gue udah hopeless dan bilang gini ke temen gue: "paling gak ada nomer gue di koran."

eeeh pagi-pagi tadi ternyata nyokap udah nungguin tukang koran dari jam 5 subuh! ampun, gue aja belum bangun. terus pas jam 6 nya gue dibangunin, kata nyokap gimana nih tukang korannya belum dateng. dalem hati gue pikir, bodo amat. emang bukan jodoh gue kali. haha

kemudian gue ditelepon sama temen gue. dia udah beli korannya dan diterima di D3. beuh, makin ciut aja itu mah gue. gak akan ada.. gak akan ada.. kata gue. emang rejeki gue di unpad, gue terus ngulang kata-kata itu dalem hati. terus temen gue nyuruh gue nyatetin tuh nomer ujian biar dia nanti yang liatin. eh buset, kata gue dalem hati. ada juga mentok-mentok dapet D3 deuh, kata gue dalam hati.

sampai tiba-tiba temen gue bilang: "ADA! DI SASTRA INGGRIS" hahaha modyar mimpi apa gue semalem? Ya Allah, bercanda ini, kata gue dalem hati. gue keukeuh gak percaya mau buktiin akhirnya gue nyegat lagi tuh tukang koran sampe jam 7, akhirnya dateng juga, dan bener dong NOMER GUE ADA DI URUTAN KELIMA SASTRA INGGRIS.

bodohnya lagi, gue masih belum percaya. gue pengen nunggu sampe pengumuman di webnya ada, dan.. ALHAMDULILLAH. benar ternyata saudara-saudara. saya tidak sedang bermimpi.

Subhanallah. Alhamdulillah. Allahuakbar. gue gak nyangka banget bakalan dapet kejutan bertubi-tubi kayak gini. apalagi beberapa hari belakangan gue udah ngerelain UI. gue udah mantep bakalan kuliah di UNPAD. nyokap udah nanya-nanya kosan segala ke sodara-sodara gue di sana. ternyata Allah memberikan gue sesuatu yang lebih dan saaaangat lebih dari yang gue duga :)

sekarang kalau di suruh milih, gue bakalan prefer ke UI karena deket dan gue gak bisa jauh dari orang tua. kemarin-kemarin sebelum pengumuman nyokap udah ngewanti-wanti aja gimana kalau gue di Bandung sendirian, kalau pengen ketemu nyokap, kalau ada apa-apa segala macem. ternyata Allah memberi jawabannya sekarang. Allahuakbar :)

yang bikin gue agak malu dan, ehem, sedikit berbangga, nyokap gw langsung seneeeeng banget dan ngasih tau sodara-sodara gue. hihi. ajaib ya, gue seneng bangeeet bisa diterima di UI. tapi lebih seneng lagi saat liat kedua orang tua gue bangga, nyelametin gue sambil tersenyum. duh, gilaaa gak bisa dibayangkan banget deh senengnya.

next.

kejutan selanjutnya adalah..

saat nyokap gue ngasih tau sodara-sodara gue, termasuk bude gue, tiba-tiba beliau (bude) nyaranin gini: "sambil nunggu kuliah, les aja di TBI, sekalian biar ada persiapan. mintanya yang native speaker. walaupun agak lebih mahal, tapi gak apa-apa, biar saya semua yang nanggung."

Ya Allah.. kejutan apa lagi coba ini?

*sujud syukur*

btw, congrats buat yang keterima juga. buat yang belum.. masih banyak kesempatan :)

regards,

DR

5.5.10

SMUP UNPAD


Alhamdulillah.. I got a good news this morning. After i had woken up from the bed, i turned the computer on and opened the entrance test announcement. And, i passed the test! I got English Literature as my major and this is my first choice. Alhamdulillah Ya Allah. Thanks for granting my prayers :)

DR