28.1.11

14.1.11

Sudah Enam Bulan?

Bulan Januari telah tiba. Dan ini adalah post pertama gue lagi di sini setelah dua bulan gue nggak nulis. Well, sebetulnya gue punya blog lain yang lebih sering gue update, sampe-sampe yang satu ini jadi agak sedikit 'terbengkalai'. Alamatnya;

dillasays.tumblr.com

Alasannya sih karena tumblr is simpler. Well, tapi gue berusaha untuk meng-update kedua-duanya dengan lebih sering lagi deh, semoga aja kesampean hehe.

Nah, ada kabar apa hari ini? Gue pengen menceritakan pengalaman gue selama ini yang ternyata -secara tidak disadari- sudah melewati semester pertama gue kuliah. Gak kerasa? Banget! Dan kini gue sudah merasa sangat.sangat tua apabila bertemu pada remaja berseragam. Padahal umur kami gak jauh beda, tapi kenapa gue ngerasa tua banget ya? Karena agak gak penting, skip.

Di tengah bulan Januari yang labil ini (iya banget, kemarin hujan deres dan sekarang panas benderang), di saat para anak-anak sekolah sudah mulai kembali pada rutinitasnya, gue dan temen-temen satu kampus gue masih ongkang-ongkang kaki bangun siang, merasakan hidup sebagai pengangguran, dan hura-hura ke sana kemari akibat libur yang terlalu panjang. Bayangin, gue menyelesaikan UAS tanggal 23 Desember kemarin, berbarengan sama pembagian rapor anak sekolahan, tapi gue masih nunggu jadwal masuk sampe tanggal 7 Februari nanti. *ngitung kalender*.

Dan sekarang, bener-bener gak kerasa banget udah satu semester lagi aja gue di kampus ini. Udah banyak banget hal yang gue temuin dan gue bisa merasakan banyak perubahan dalam diri gue dan orang orang di sekitar gue, entah itu menjadi lebih dewasa, lebih sibuk, dan lebih-lebih lainnya. Dulu, enam bulan yang lalu, saat gue baru lulus SMA dan kuliah masih belum efektif, gue banyak-banyak mencari informasi tentang 'calon' kampus gue yang akhirnya sekarang jadi tempat gue menimba ilmu. Entah itu melalui websitenya langsung, via facebook, maupun follow twitternya. Nah, ada salah satu akun twitter --yang pasti bukan resmi-- mengenai fakta-fakta yang terjadi di kampus gue. Sebenarnya bukan fakta-fakta berarti juga, seperti 'tukang ayam kremes di kantin bernama Mas Roni' atau 'di kampus kita ada pengemis yang minta-minta pakai bahasa Inggris'. Sebenernya penting banget gak sih fakta kayak gitu dibandingin fakta aktual lainnya yang lebih 'wah' seperti 'Salah Seorang Mahasiswa Meraih Medali Emas pada Olimpiade'? Tapi justru fakta-fakta yang seperti itulah yang justru sangat terlihat 'segar' di mata gue karena kehidupan kampus semata-mata bukan hanya kehidupan akademik. Bukankah kita sebagai mahasiswa diharuskan memiliki kreativitas setinggi-tingginya? Dan justru hal-hal seperti itulah yang malah bikin kita 'melek' akan kehidupan bukan semata-mata cuma kuliah, dapet nilai bagus, dan selesai.

FYI, selama kuliah enam bulan di Sastra Inggris, gue gak pernah ngerasa kalau kemampuan berbahasa Inggris gue meningkat. Gue sendiri bingung apa yang salah dalam diri gue. Perhatiin aja, selama ini gue masih belum berani nulis dengan menggunakan full English, kalaupun berani itu karena kenekatan gue dan ditambah kesalahan grammar sana sini. Selain itu, gue masih belum sanggup baca buku berbahasa Inggris tebel-tebel, vocabulary gue masih sedikit, grammar gue masih ancur, dst.. dst.. Padahal SMA kemarin gue udah lulus kursus Inggris LIA gue dan sempet ngambil kelas conversation di lembaga lain dengan native speakers, tapi tetep aja gue gak merasakan ada perubahan dalam diri gue. Sementara kalau gue melihat temen-temen gue yang baru satu semester kuliah aja, gue seperti berada 'si buruk rupa di antara angsa'. Entah kenapa gue selalu merasa jiper kalau berada di antara temen-temen gue, entah itu mereka yang pernah jadi siswa pertukaran pelajar, pengalaman organisasi setumpuk, sampai ada yang pernah nerbitin novel. Gue sadar, kampus yang gue tempati sekarang ini bukan kampus sembarangan dengan isi SDM yang sembarangan juga. Tapi jujur, gue selalu merasa berada di kasta terendah di antara orang-orang yang potensial. Am I lack of self esteem? Yeah, might be. Mungkin enam bulan bukan waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan cepat dengan semua perubahan lingkungan.

Gue? Gue adalah seseorang yang super biasa. Pengalaman nulis gue baru sebatas di blog doang, pengalaman organisasi cuma ikutan volunteering AFS di Chapter Bogor, pengalaman abroad? Boro-boro! Pergi paling jauh aja ke Lombok, itu juga karena diajak sepupu gue. Intinya.. gue menjadi manusia paling gak berpengalaman di antara manusia-manusia yang memiliki segudang prestasi dan kegiatan.

Kalau ada yang bilang, "Ah, elu kan pinter, Dil." .. Sekarang saatnya gue bicara, gue gak pinter! Oke, gue akuin gue memang cukup rajin untuk semester awal gue ini. Kenapa? Karena gue masih berada dalam euforia karena akhirnya gue bisa diterima di jurusan impian gue, dan gue menyukai semua mata kuliah yang diajarkan. Walaupun ada salah satu matkul yang kelihatan sangat 'abstrak' dan susah dapet nilainya, gue nikmati karena gue cinta dengan apa yang gue pelajari. To be honest, gue bukan orang yang memiliki segudang prestasi dan pengalaman yang banyak, apalagi kemampuan. Gue gak bisa main musik, nyanyi, nari, dan gue bukan orang yang pintar berbicara di depan umum.

Walaupun begitu, gue bersyukur dengan semua ini. Dengan banyak belajar, gue jadi banyak baca, dan dengan banyak baca, gue sekarang banyak nulis. Gue seneng banget karena akhirnya gue bisa berkontribusi dalam hal tulisan di salah satu web untuk mendidik anak melalui cerita. Memang, di sana gue cuma menulis dua cerita, hanya dipublish melalui media internet, dan gue gak mendapat royalti apapun. Tapi kepuasan pada diri gue benar-benar menjadi bayaran setimpal bagi gue sendiri. Gue gak butuh duit, gue gak butuh uang untuk merasa berhasil. Dengan melakukan hal apa yang bisa gue kerjakan, dengan mengerjakan hal yang gue cintai, itu udah cukup menjadi bayaran tersendiri bagi diri gue. Tentu, hal itu masih sangat jauh dari hal apa yang gue cita-citakan. Gue selalu bermimpi suatu saat nanti akan menerbitkan buku gue sendiri dengan nama gue terpajang di cover depannya. Dan langkah gue tadi semoga menjadi pembuka jalan untuk ke depannya.

Akhir kata.. gue gak butuh popularitas dan materi untuk menjadi bahagia, gue cukup melakukan hal apa yang gue cintai, dan orang lain menghargai pilihan itu.

DR