30.6.10

A Long Journey..




Tahun 2010, kalau diingat-ingat hampir 2 tahun sudah gue memakai kerudung. Rasanya? "Kok baru bentar banget ya.."

Dipikir-pikir, perjalanan gue untuk berhijab seperti ini bener-bener sungguh gak terduga.

Gue sendiri selalu heran dengan apa yang udah gue raih sampai sekarang. It feels like it has its own scenario. Semuanya terjadi begitu aja. Rapi. Terencana. Unpredictable.

Keputusan gue berhijab sendiri pun sebenarnya sedikit banyak 'desakan' dari orang-orang di sekitar. I still remember my dialogue with my mom..

Mom: "Kapan kamu mau pakai kerudung?"
Gue: "Nanti.."
Mom: "Pokoknya nanti kalau kamu kuliah harus pakai jilbab ya."
Gue: "Iya, kalau udah lulus kuliah."

Kemudian gue berakhir dengan pelototan dan ceramah khas mama.

Cowok gue sendiri pun, berharap gue cepet-cepet pakai kerudung. Kakak laki-laki gue dan bokap, semuanya menanti kapan gue akan menutup aurat.. *sigh

Saat itulah gue mulai merasa frustasi. Banyak desakan dari orang-orang di sekitar, ditambah hati yang rasanya belum 'sreg' buat berubah. Gue sempet curhat sedikit sama nyokap gue tentang hal ini. Dan nyokap selalu bisa bikin gue tenang. "Kalau mau berubah, harus bener-bener dari dalem hati kamu.."

Di sisi lain, gue punya opportunity yang cukup 'besar' buat gue. Saat itu gue lagi mengikuti proses seleksi buat ngedapetin beasiswa untuk going and studying abroad. Seleksinya saaangat ketat, bahkan gue pun heran sendiri, gimana caranya bisa gue lolos buat ngikuti seleksi selanjutnya yang lebih ketat.

Saat itulah gue mulai berpikir. Terus-terusan gue berdoa semoga gue bisa ngedapetin beasiswa ini, bisa mendapat big opportunity to see the whole world with my own capability. Ngarep banget deh pokoknya. Tapi, lama-lama gue merasa, masa gue terus-terusan meminta sih tanpa ada 'feedback' yang bisa gue lakukan. Setelah cukup lama menimbang-nimbang dan bersemedi (gayaaa) gue memutuskan untuk.. Bernazar.

Yap. Gue nazar untuk berhijab kalau sampai gue lolos di seleksi ke-3. Gue janji. Wholeheartedly.

Dan akhirnya,
Alhamdulillah, gue lolos beserta tiga puluh temen-temen gue yang lainnya.

Janji gue pun segera gue penuhi. Seminggu setelah pengumuman, gue langsung melaksanakan nazar gue dengan menutup aurat. Sampai sekarang. Semoga selamanya..

Banyak banget perubahan yang gue alami setelah gue memutuskan untuk berhijab. Salah satunya, gue berusaha untuk menjaga attitude (meskipun belum bisa dibilang attitude gue udah baik sekarang) At least, i've tried. And i'm trying.

Benefit terkecil yang gue rasakan adalah, gue gak perlu ribet lagi sama poni gue yang nyebelin naudzubillah ini. Udah rambut gue tipis, jidat gue juga lumayan tidak sempit. Hahaa.. Jadi ribet sendiri kalau harus begitu. Juga, gak perlu ngurusin rambut sampe ribet-ribet. Abis keramas, langsung kerudungan dan cabut, gak perlu nunggu kering. Mau keramas seminggu sekali pun gak ada yang peduli ;p

Dan tanpa disadari, hal-hal sekecil itu ternyata sangat merepotkan sebelum gue memakai kerudung. Dan tentunya, sekarang gue merasa lebih 'nyaman' dan aman dengan diri gue yang sekarang.. It flows.

Mungkin sampai sekarang gue sendiri pun belum bisa benar-benar menjadi muslimah yang 'sesungguhnya'. Gue masih seneng make skinny jeans. Gue masih kurang bisa menjaga pandangan gue dengan lawan jenis. Gue masih belum bener make kerudung sesuai dengan aturan yang seharusnya. Dan lain sebagainya..

Setelah gue recap perjalanan gue tadi.. Gue jadi semakin terpacu untuk jangan pernah takut untuk berubah. Karena sebenarnya, musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Gue sendiri pernah mengalami gimana sulitnya untuk 'memulai'. Tapi yang harus kita lakukan cuma berpikir sejenak, menyelami isi hati, dan dengarkan apa kata hati kecil. Karena hati gak pernah bohong..

Gue sendiri masih suka teringat gue dulu yang 'sulit' untuk membuka hati gue. Tapi ternyata hidup punya skenarionya sendiri.. Setertutup apapun hati gue untuk mulai mencoba, toh ternyata Dia punya jalan-Nya sendiri untuk hidup gue.

Bagaimana dengan kabar beasiswa itu?

Gue gagal di seleksi nasional.

Sedih? Pastinya. Tapi gue gak pernah merasa menyesal untuk bernazar.
Karena gue udah memiliki 'sesuatu' yang jauh lebih berharga..

DR

24.6.10

Surprise Part. II


Jadi inget postingan beberapa bulan yang lalu tentang
Endless Surprises. Di sana gue menceritakan betapa girangnya gue bisa diterima di universitas impian gue, di pilihan pertama pula. Ditambah rentetan surprise yang sangat bikin gue terkejut sebelum gue bisa mencernanya, hahaa.. lebay abis.

Nah, beberapa hari yang lalu bokap kedapetan email dari om gue yang udah lama tinggal di Austalia. Bokap nyuruh gue buat baca dan isinya kira-kira seperti ini:

"Congratulations to Dilla for her success getting into UI. UI is a difficult University to get into, tough competition just like ITB and Unpad and UGM.

Maybe Dilla wants to go to Australia one day to study or just a holiday to practice her knowledge in English language and Aussie culture. I can support her if she wants. Just let me know."

Bertahun-tahun gue memimpikan buat bisa going abroad tapi gak pernah kesampaian. Kini gue dapat tawar tanpa gue harus bersusah payah, bahkan terbayang pun nggak pernah.

Beneran, rencana Allah selalu bisa bikin gue merinding. He knows the best time to give His permission :) Makasih banget, Ya Allah..

DR

Keberatan



Suatu hari gue pernah membuat status di account pribadi FB gue sendiri yang kira-kira berbunyi seperti ini:

"Do not make statements that could provoke others. Respect, please."

Bukan tanpa alasan gue membuat status kayak gini. Itu karena gue udah "gerah" banget bacain status orang yang
saenae' dewe' nulis tanpa memikirkan apa tanggapan orang lain. Fine lah kalau dia cuma mau mengungkapan pikirannya, tapi gue rasa status FB bukanlah sarana yang tepat buat mengeluarkan semua pikiran lo, terutama apa yang berkaitan dengan keidealisan atau berbau religius.

Karena gak semua orang berpikiran sama seperti mereka.

Gak semua orang berpikir statement yang ia anggap bercanda itu lucu.

Gak semua orang setuju dengan statement yang ia lontarkan.

Nggak.

Karena masing-masing pribadi pasti punya nilai-nilai sendiri yang gak bisa diganggu gugat. Dan gue sadar hal itu suatu saat pasti akan bergesekan kalau seseorang menyampaikannya secara gak tepat, karena pasti akan adanya perbedaan sudut pandang dan keidealisan dalam diri masing-masing.

Sekali lagi, status FB itu bukan sarana yang tepat buat mengeluarkan statement yang seperti itu. Walaupun tulisan di sananya What's On Your Mind? Gak harus juga kan lo keluarin semuanya apa yang lo pikirkan.. Seperti kata gue tadi,
respect, please..
Karena singkatnya karakter dan keterbatasan space, pasti bakal menimbulkan banyak kesalahpahaman.

Seperti gue.

Gue contoh orang yang sedikit "terprovokasi" atas apa yang mereka tulis. Hm, kalau tentang hal apakah itu, pokoknya sangat menyinggung hal yang sangat sensitif.

*intermezzo..

Gue bingung kenapa bisa menulis tulisan seserius ini. Garang juga bacanya, hahaa.

Begitulah,
Beberapa hal yang gue pikirkan akhir-akhir ini.
Buat teman-teman sekalian, terima kasih pengertiannya.
Semoga gak terulang lagi.
Amin.

DR

21.6.10

Ketika..


Ketika aku ingin menulis,
I found
ZERO

Ketika aku sedang tidak mau menulis,
I found
HUNDREDS

Ah, hidup..


DR



When We Talk About the Past..



Dunia sudah gila
Atau aku yang lama-lama akan menggila?
Lembar demi lembar catatan tergores darah
Darah
Dan darah
Darah lagi..
Hanya warna merah yang tertinggal di sana
Atau
Catatan-catatan hitam
Yang semakin kelabu dimakan umur

Tertimbun bersama daun-daun yang busuk
Di kala musim berganti
Kembali pulang dengan sepotong kaki yang masih utuh
"Begini saja sudah untung.." katamu

***

Sok tau banget ya gue sok-sokan bikin puisi gitu. Anyway, gue sama sekali bukanlah seseorang yang sangat puitis. Bahkan kalau gue disuruh baca puisi, sampai kebelinger pun gue gak bakalan ngerti apa maksud dan tujuannya. Prinsip gue: kalau bisa ngomong secara langsung, kenapa harus pakai kiasan? (Prinsip orang yang ga ngerti literatur, sigh)


Nah, anehnya tadi tiba-tiba aja terpikir kata-kata itu. Kenapa? Ya nggak tau. Gue sendiri heran sama otak gue sendiri, tiba-tiba memikirkan sesuatu yang "nggak gue banget" dan jauh banget. Halah, udah lah. Bikin pusing sendiri aja. Sampai segini aja intermezzo-nya..

Yang ini juga aneh: gue tiba-tiba kepikiran sama sejarah. Padahal sejarah adalah pelajaran yang bukan termasuk dalam daftar pelajarn favorit gue. Sorry, no offense. Hanya menurut pendapat gue aja. Beberapa alasan simpel yang mungkin terdengar bodoh:


1.) Gue males bacanya
2.) Gue males ngapalnya

3.) Pusing sama tanggalnya
4.) Suka banyak beda pendapat dan versi

5.) Susah ngapalin namanya.


Gue jadi inget pait-paitnya pengalaman gue beberapa bulan lalu dalam nyiapin ujian universitas. Gue sampai rela browsing banyak-banyak demi mendapat banyak sumber, sampe gue beli beberapa buku acuan yang kira-kira mencakup semua materi. Pokoknya niat abis deh.


Kemudian..


SETELAH DIBACA KOK TERNYATA MENYENANGKAN? *jerit sendiri*


Haha, seru aja gimana ceritanya sampai sekarang ada beberapa negara yang masih "musuhan" ternyata akibat kejadian di masa lalu. Gimana ceritanya negara-negara adikuasa sekarang kini bisa menjadi bangsa besar, tentu bukan mustahil kalau ternyata dulu mereka dijajah oleh pemerintahan mereka sendiri.


Dan..

Istilah-istilah aneh yang gue jumpain di sana. Beberapa yang gue inget:


- Korean Boom (Lupa, yang pasti bukan demam K-Drama atau K-Pop)
- Oil Boom (Kalau nggak salah surplus minyak di Indonesia)

- Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli, konflik internal dalam tubuh PDI yang menyebabkan terpecahnya partai ini -- sorry kalau salah, banyak yang udah lupa)

- Malari (Malapetaka 15 Januari 1974, demo mahasiswa yang menentang kedatangan PM Jepang)

- Mafia Berkeley (Entah kenapa setiap kali nama ini disebut gue jadi inget Edi Brokoli -- berusaha menyelenggarakan konsep ekonomi Trickle Down Effect)


Banyak banget deh istilah-istilah yang gue temui yang lebih "aneh" dari ini. Selalu bikin gue kebelinger bacanya. Baru ada nemu satu, udah muncul lagi istilah lainnya. Akhirnya yang sebelumnya terlupakan. Dan seterusnya..

Tapi..


Di balik itu..


Yang bikin gue miris, yah, anehnya sepanjang sejarah yang gue baca kenapa selaluu berisi tentang masalah, masalah, dan masalah. Konflik. Pertumpahan darah. Perang. Selalu begitu.


Tau Franz Ferdinand kan?
Ya, bener. Emang nama band.

Tapi jauh sebelum band itu berdiri, Franz Ferdinand adalah nama seorang putra mahkota berkebangsaan Austria-Hongaria yang dibunuh oleh pasukan Serbia.

Dan percaya atau nggak, kematian putra mahkota ini yang menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia I.

*geleng-geleng kepala*



Dan PD I memakan korban sebanyak.. *jengjeng*
Jumlah korban
Tewas:
5.520.000
Terluka:
Hilang: 4.121.000
12.831.000
Tewas:
4.386.000
Terluka: 8.388.000
Hilang: 3.629.000

Left: Triple Etente & friends

Right: Triple Alliante & friends

Courtesy of Wikipedia


Luar biasa..

Dan itu baru secuil dari apa yang gue baca, aslinya: lebih buaanyak lagi pastinya.

Pertanyaannya:
Kenapa sejarah banyak menceritakan sisi kelamnya?

Jawaban:
Karena itulah hidup. Ga ada yang namanya lawan kata, yang ada hanya pasangan.
Tuhan menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Sisi gelap dan sisi terang bukan merupakan suatu lawan kata, melainkan pasangan. Di mana ada sisi gelap, di sana pasti akan muncul juga sisi terang.

Yang gue sorot di sini memang hanya beberapa bagian dari sisi "gelap" sejarah yang udah gue pelajari belakang. Tapi tentunya, ia pun pasti pernah menorehkan tinta emas dalam lembarannya..

DR

Shadow


Aku. Berdiam diri di sudut bayangan yang tak kunjung menjadi sosok nyata. Aku tergeletak begitu saja di sudut bersama tumpukan rongsokan. Apa kamu tahu sebentar lagi akupun akan menjadi begitu? Meskipun aku ada tetapi kamu toh tak peduli. Meskipun aku memohon toh kamu tak mau melihat. Meskipun aku menjerit toh kamu menutup telinga. Aku tahu kamu tahu. Aku tahu kamu tahu bahwa aku ada.


Tapi tak ada salahnya juga menjadi bayangan.


Setidaknya aku lebih baik darimu.


DR

14.6.10

Gadisnya, Bukan Gadisku


Setiap pukul 15.00 tiba, ia tidak pernah lupa untuk mengunjungi tempat itu. Sebuah foodcourt yang terletak di lantai 2 sebuah pusat perbelanjaan. Di sudut yang sama dan tempat yang sama. Ia sedang menunggu gadisnya sambil ditemani oleh secangkir teh hangat.

Tak lama, gadis yang ia tunggu akhirnya datang juga. Ia keluar dari gerbang sekolah yang terletak persis di sebelah pusat perbelanjaan tersebut. Ia memerhatikan gadisnya dengan seksama saat ia menyeberang jalan menuju sebuah halte bus.


Ia menerawang sambil sesekali melirik gadis kecilnya yang terduduk sendiri di bangku halte. Gadis yang selalu membuat darahnya berdesir walau hanya dengan menatap wajahnya. Gadis yang membuatnya tidak perlu berpikir panjang untuk menyadari bahwa ia telah jatuh cinta padanya. Setelah sepuluh tahun mereka tidak bertemu. Ah, tidak.. Ia bahkan selalu mencintainya setelah sepuluh tahun tidak bertemu.


Dan di sinilah tempat terbaik di mana ia bisa mengawasi gadisnya secara jelas. Menemaninya yang sedang sendiri di sana. Ah, bukan, justru ialah yang ditemani oleh gadis tersebut. Ditemani oleh gerak-geriknya yang mampu melumpuhkan seluruh syaraf tubuh saking girangnya. Meskipun begitu, ini merupakan momen terbaik yang selalu ia nantikan. Lima belas menit terbaik dalam seharian ini. Memerhatikan gadis tersebut, walau hanya dari jarak pandang yang cukup jauh. Tanpa kontak. Tanpa tatap mata. Tanpa pertemuan. Tetapi baginya, semua itu terasa begitu indah.


Sebuah mobil sedan hitam tiba-tiba memenuhi pandangannya. Menghalangi pandangan matanya yang sedang hanyut dalam keindahan wajah sang gadis. Mobil itu lagi, yang selalu menghancurkan momen indahnya bersama gadisnya. Lagi-lagi, ia pun harus menelan kekecewaan itu. Saat tubuh mungil itu digandeng oleh sosok yang keluar dari mobil tersebut. Seseorang. Dan itu bukanlah dirinya. Ia tidak pernah melihat wajah gadisnya secantik ini saat gadisnya bertemu dengan sosok itu. Kini ia tahu pasti bahwa kini hati gadisnya telah memilih. Dan lagi-lagi, itu bukan dirinya..


Ia beranjak dari tempatnya, meninggalkan secangkir teh yang telah kosong.


DR

Overheard


Di sebuah bus antarkota di sebuah siang yang cerah.. (baca: gerah)


Dua mbak-mbak duduk persis di belakang gue.
Mbak 1 : SELAMAT HARI JADI BOGOR YANG KE-528 (lagi baca spanduk ceritanya)
Mbak 2 : Wah, Bogor udah 500 tahun lebih.
Mbak 1 : Iyaya, udah berapa abad sih?
Mbak 2 : 1 abad kan 100 tahun. Jadi kira-kira 5 abad.
Mbak 1 : Jakarta juga udah tua, ya.
Mbak 2 : Iya, namanya aja udah banyak ganti-ganti.
Mbak 1 : Betul, dari Batavia.. terus apan lagi ya? :berenti: Terus, Java juga pernah.. :lanjutnya dengan nada sok tahu:
Gue : (dalem hati) Java itu bahasa Inggrisnya Jawa, Mbak.
Mbak 2 : Tapi Bogor gak pernah ganti nama ya.
Mbak 1 : Iya gak pernah, dari dulu namanya Bogor terus.. :masih dengan nada sok tahu:
Gue : (masih dalem hati) BOGOR itu dulunya BUITENZORG loh, Mbak.

***

Lagi-lagi di sebuah siang yang terik.

Gue : Mau ke mana nih kita?
A : Gak tau.
Gue : Yang pasti dong.
A : Gak tau ah, ke mana foot, eh foots melangkah aja.
Gue : .....

***

Kenapa semua latar belakangnya siang? Saya juga nggak tahu.

Temen gue, F : Masa kemarin gue ketemu sama temen nyokap gue, terus dia bilang gini masa..
Gue : :menunggu:
F : Aduh, si A'a sekarang udah gede ya, udah bujangan..

DR

10.6.10

Dream Home




surfing cool photos at We Heart It memang gak ada matinye! :D keren keren banget. God, will my future house be like that? Amin.

DR

6.6.10

Decision


Pak Kadir duduk di hadapan putrinya. Ia memerhatikan Citra, putri semata wayangnya, dengan seksama. Ia masih sama seperti Citra yang dulu. Hanya ada satu yang berbeda sekarang, yaitu tanda kehidupan yang terlihat mulai menipis di wajahnya. Citra mungkin tak tahu bahwa ayahnya sedang gusar. Citra mungkin kini sedang asyik terbang atau bermain di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Raganya memang di sini. Tetapi separuh dirinya telah pergi. Tanpa sadar, Pak Kadir menitikkan setitik air dari sudut matanya. Ia bangkit dan mencium kening putrinya mungkin untuk yang terakhir kali. Ia sudah memutuskan..

Tak lama berselang, Pak Kadir bisa merasakan bahwa Citra telah terbang meninggalkan raganya. Tak ada suara, tak ada kata. Hanya gurat matanya dan desah napasnya yang sarat akan kesedihan. Ia telah merelakan putrinya untuk bebas dari belenggu alat bantu kehidupan ini. Sejatinya, Citra mungkin telah pergi sejak sebulan yang lalu. Saat ia menutup matanya setelah peristiwa naas tersebut. Hanya saja mesin ini tetap mengingkannya untuk tetap ada, berusaha membuatnya bernapas sedikit lebih lama lagi.

Namun, semua cukup sampai di sini saja.

Pak Kadir memilih Citra untuk pergi.

Dan Citra memilih untuk pergi...


(dedicated to someone, somewhere..)


DR

1.6.10

Random


Kemarin, pas lagi ke dokter gigi, gue ngeliat dua anak kembar lagi melongo ke dalem ruangan dokter.
Lucu banget deh. Udah posisinya sama, ekspresinya sama, bajunya sama, kayak lagi ada acara baris-berbaris gitu.
Kalau dipikir-pikir, aneh juga ya. Kalau ngeliat anak kembar, rata-rata dikasih nama mirip-mirip gitu.
Gak usah jauh-jauh, bokap gue, sama kembarannya cuma beda satu huruf namanya.
Padahal mereka berdua kembar laki-laki dan perempuan.
Ada lagi temen gue, dikasih nama Aan sama Iin.
Temen lama gue juga namanya Ani dan Ayu.
Kenapa?
Kenapa harus mirip coba?
Padahal kan mereka dua individu yang berbeda, cuma kebetulan aja lahirnya barengan.


Peratiin aja foto anak kembar di atas.
Bajunya kurang mirip apalagi coba?
Bahkan sampe ke sabuk-sabuknya pun sama.
Bukannya nggak boleh sih, cuma bingung aja.
Yang namanya anak kembar itu kan bukan satu paket yang selalu bisa disamain, ya kan?
Gue pribadi sebenernya sering bertanya-tanya, bokap gue kok gini, tapi kembarannya kok gitu.
Tentang banyak hal deh.
Tapi setelah dipikir-pikir, gue sadar kalau mereka itu dua pribadi yang berbeda.
Jelas aja.
Anak kembar gak harus selalu punya sifat dan jalan hidup yang sama kan?

Skip.

Nah, abis dari dokter gigi gue cabut ke SKI Katulampa bareng emak. Ituloh, tempat jual tas, sepatu, dan sodara-sodaranya. Gue juga lupa singkatan apa ya SKI itu? Hm.


Maaf ya malah foto makanannya, bukan tasnya.

Ngeliatin harganya sih lumayan lah, mulai dari 70-an ke atas. Kebetulan ada tas yang sedikit nyantol di hati gue, harganya sekitar 200-an gitu. Nah, kebiasaan buruk gue nih selalu gitu. Kalau udah nemu barang yang ditaksir aja, malah jadi suka banyak mikir. Takut nanti nyesel lah, takut duitnya bisa buat kepake yang lain lah, takut ini, takut itu, ujung-ujungnya.. Gak jadi beli deh. Sejam muterin itu tempat hasilnya nihil. Aduh susah ya jadi cewek -_-

DR