
DR
Ketika aku ingin menulis,
I found
ZERO
Ketika aku sedang tidak mau menulis,
I found
HUNDREDS
Ah, hidup..
DR
3.) Pusing sama tanggalnya
4.) Suka banyak beda pendapat dan versi
5.) Susah ngapalin namanya.
Kemudian..
SETELAH DIBACA KOK TERNYATA MENYENANGKAN? *jerit sendiri*
Jumlah korban | |
---|---|
Tewas:
5.520.000 Terluka: Hilang: 4.121.000 12.831.000 | Tewas:
4.386.000 Terluka: 8.388.000 Hilang: 3.629.000 |
Aku. Berdiam diri di sudut bayangan yang tak kunjung menjadi sosok nyata. Aku tergeletak begitu saja di sudut bersama tumpukan rongsokan. Apa kamu tahu sebentar lagi akupun akan menjadi begitu? Meskipun aku ada tetapi kamu toh tak peduli. Meskipun aku memohon toh kamu tak mau melihat. Meskipun aku menjerit toh kamu menutup telinga. Aku tahu kamu tahu. Aku tahu kamu tahu bahwa aku ada.
Tapi tak ada salahnya juga menjadi bayangan.
Setidaknya aku lebih baik darimu.
DR
Setiap pukul 15.00 tiba, ia tidak pernah lupa untuk mengunjungi tempat itu. Sebuah foodcourt yang terletak di lantai 2 sebuah pusat perbelanjaan. Di sudut yang sama dan tempat yang sama. Ia sedang menunggu gadisnya sambil ditemani oleh secangkir teh hangat.
Tak lama, gadis yang ia tunggu akhirnya datang juga. Ia keluar dari gerbang sekolah yang terletak persis di sebelah pusat perbelanjaan tersebut. Ia memerhatikan gadisnya dengan seksama saat ia menyeberang jalan menuju sebuah halte bus.
Ia menerawang sambil sesekali melirik gadis kecilnya yang terduduk sendiri di bangku halte. Gadis yang selalu membuat darahnya berdesir walau hanya dengan menatap wajahnya. Gadis yang membuatnya tidak perlu berpikir panjang untuk menyadari bahwa ia telah jatuh cinta padanya. Setelah sepuluh tahun mereka tidak bertemu. Ah, tidak.. Ia bahkan selalu mencintainya setelah sepuluh tahun tidak bertemu.
Dan di sinilah tempat terbaik di mana ia bisa mengawasi gadisnya secara jelas. Menemaninya yang sedang sendiri di sana. Ah, bukan, justru ialah yang ditemani oleh gadis tersebut. Ditemani oleh gerak-geriknya yang mampu melumpuhkan seluruh syaraf tubuh saking girangnya. Meskipun begitu, ini merupakan momen terbaik yang selalu ia nantikan. Lima belas menit terbaik dalam seharian ini. Memerhatikan gadis tersebut, walau hanya dari jarak pandang yang cukup jauh. Tanpa kontak. Tanpa tatap mata. Tanpa pertemuan. Tetapi baginya, semua itu terasa begitu indah.
Sebuah mobil sedan hitam tiba-tiba memenuhi pandangannya. Menghalangi pandangan matanya yang sedang hanyut dalam keindahan wajah sang gadis. Mobil itu lagi, yang selalu menghancurkan momen indahnya bersama gadisnya. Lagi-lagi, ia pun harus menelan kekecewaan itu. Saat tubuh mungil itu digandeng oleh sosok yang keluar dari mobil tersebut. Seseorang. Dan itu bukanlah dirinya. Ia tidak pernah melihat wajah gadisnya secantik ini saat gadisnya bertemu dengan sosok itu. Kini ia tahu pasti bahwa kini hati gadisnya telah memilih. Dan lagi-lagi, itu bukan dirinya..
Ia beranjak dari tempatnya, meninggalkan secangkir teh yang telah kosong.
DR
Pak Kadir duduk di hadapan putrinya. Ia memerhatikan Citra, putri semata wayangnya, dengan seksama. Ia masih sama seperti Citra yang dulu. Hanya ada satu yang berbeda sekarang, yaitu tanda kehidupan yang terlihat mulai menipis di wajahnya. Citra mungkin tak tahu bahwa ayahnya sedang gusar. Citra mungkin kini sedang asyik terbang atau bermain di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Raganya memang di sini. Tetapi separuh dirinya telah pergi. Tanpa sadar, Pak Kadir menitikkan setitik air dari sudut matanya. Ia bangkit dan mencium kening putrinya mungkin untuk yang terakhir kali. Ia sudah memutuskan..
Tak lama berselang, Pak Kadir bisa merasakan bahwa Citra telah terbang meninggalkan raganya. Tak ada suara, tak ada kata. Hanya gurat matanya dan desah napasnya yang sarat akan kesedihan. Ia telah merelakan putrinya untuk bebas dari belenggu alat bantu kehidupan ini. Sejatinya, Citra mungkin telah pergi sejak sebulan yang lalu. Saat ia menutup matanya setelah peristiwa naas tersebut. Hanya saja mesin ini tetap mengingkannya untuk tetap ada, berusaha membuatnya bernapas sedikit lebih lama lagi.
Namun, semua cukup sampai di sini saja.
Pak Kadir memilih Citra untuk pergi.
Dan Citra memilih untuk pergi...
(